“Mereka datang ke daerah ini untuk membeli anggur Malvasia (Sisilia) untuk membuat sherry dan absinth,” tambahnya.
Namun menurutnya, keadaan tersebut mungkin sudah terjadi sebelum awal tahun 1900-an dan berlanjut dalam waktu yang lama.
Sementara itu, antropolog Macrina Marilena Maffei sempat mewawancarai penduduk lanjut usia pada 1990-an dan awal tahun 2000-an
Ia menilai, ergot pernah menjadi hal yang umum di seluruh kepulauan. Sehingga ia yakin penyakit ini terjadi sejak berabad-abad lalu.
Baca juga: 9 Pulau Terkecil di Dunia, Satu Ada di Indonesia
Di sebagian permukiman kecil pulau tersebut, beberapa penduduknya masih percaya bahwa penyihir dan hantu itu nyata hingga saat ini.
Berbagai hal seputar takhayul dan misteri lain dari pulau ini dianggap masih ada seperti tercatat dalam film dokumenter L’Isola Analogica tahun 2007.
Nama film dokumenter ini tidak hanya mengacu pada gaya hidup penduduk setempat yang bebas teknologi, tetapi juga hubungan rumit mereka dengan kenyataan.
Sebagai contoh, di salah satu titik tertinggi di pulau ini terdapat sebuah gereja yang didedikasikan untuk Santo Bartolomeus, yang hanya dapat dicapai melalui 820 anak tangga yang curam.
Penduduk setempat lalu memindahkan patung santo tersebut ke gereja lain yang lebih dekat dengan desa, agar lebih mudah dijangkau.
Namun kemudian, penduduk pulau mengatakan bahwa antara tanggal 20 dan 24 Agustus, hari yang didedikasikan untuk merayakan Santo Bartolomeus, kecelakaan serius terus terjadi di sekitar Alicudi, termasuk penyelam yang tenggelam dan wisatawan yang jatuh ke laut.
Sehingga, banyak penduduk yang mengaitkan kemalangan ini dengan ketidaksukaan santo terhadap lokasi barunya.
"Jika Anda datang ke sini 30 tahun yang lalu, Anda akan menyadari bahwa kenyataan di sini berbeda," kata seorang penduduk setempat yang tidak disebutkan namanya yang diwawancarai dalam film dokumenter tahun 2007.
Meski sebagian besar cerita terkonsentrasi pada tiga tahun di awal abad ke-20, secara luas diyakini bahwa beberapa generasi orang memakan produk gandum hitam yang terkontaminasi.
Karena penduduk Alicudi tanpa sadar mengonsumsi senyawa psikedelik tersebut, mereka tidak siap menghadapi halusinasi. Hal ini membuat pengalaman tersebut terasa lebih nyata dan intens bagi para penduduk.
Namun semuanya berubah pada tahun 1950-an, saat pulau ini menyambut turis-turis pertamanya.