KOMPAS.com - Penduduk satu pulau di Italia pernah berhalusinasi karena mengonsumsi sebuah roti yang disebut terjadi antara tahun 1903 dan 1905.
Alicudi adalah sebuah pulau vulkanik berbatu dan terisolasi di lepas pantai utara Sisilia.
Saat itu, penduduk berhalusinasi melihat ada perkumpulan penyihir yang mengadakan perjamuan di pantai-pantai terpencil Pulau Alicudi.
Selain itu, penduduk Alicudi juga berhalusinasi adanya wanita yang bisa mengembangkan sayap dan terbang ke Pulau Sisilia untuk berbelanja, serta hantu, badut, dan kerikil lembut yang berjatuhan dari langit.
Menurut cerita lain di pulau ini, ada mantra ajaib yang memungkinkan orang untuk "membelah" angin puyuh secara horizontal menjadi dua, dan menyebarkannya ke udara.
Mantra ini diajarkan kepada anggota masyarakat tertentu dari satu generasi ke generasi berikutnya, biasanya pada malam Natal.
Pulau ini diketahui sering dilanda angin puyuh yang dapat terbentuk dengan cepat dan membuat penduduk lengah.
Dikutip dari Vice, para ahli berpendapat semua itu ada hubungannya dengan roti lokal di Pulau Alicudi.
Sehingga gereja setempat menyatakan roti tersebut sebagai "roti Iblis" dan orang-orang mulai menghindarinya hingga roti itu benar-benar hilang pada tahun 1960-an.
Baca juga: Cerita dari Pulau Ghoramara, Daratan Menyusut, Penduduk Laki-laki Tak Mendapat Jodoh
Saat itu, gandum hitam merupakan makanan pokok penduduk setempat yang kemudian digunakan dalam roti dan biskuit.
Sayangnya, tanaman gandum hitam tersebut juga rentan terkontaminasi jamur Claviceps purpurea atau yang dikenal sebagai jamur ergot.
Ergot akan menghasilkan alkaloid yang disebut asam lisergat, itu merupakan senyawa basa dalam Lysergic Acid Diethylamide (LSD).
Secara historis, penduduk pulau ini cukup miskin, sehingga makanan bukanlah sesuatu yang boleh dibuang begitu saja.
Baca juga: Misteri Pulau Sandy, Sempat Muncul Selama Ratusan Tahun dan Kini Hilang dari Peta
Dikenal sebagai “tizzonara” atau “abu” dalam dialek lokal karena warnanya yang hitam, gandum hitam yang terinfeksi mungkin digiling untuk kemudian dijadikan tepung roti.
“Sepertinya Inggrislah yang membawanya ke pulau itu,” kata Paolo Lorenzi, antropolog yang menghabiskan delapan bulan di Alicudi pada tahun 2018 untuk menulis tesis masternya tentang cerita tersebut untuk Universitas Sapienza Roma, Italia.