Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Patung Jokowi di Gunung Sunu, NTT yang Jadi Tempat Ritual Adat

Kompas.com - 24/10/2023, 18:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.comWarga Desa Sunu, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) mendirikan patung Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Puncak Bukit Sunu.

Patung tersebut dibuat pada 2021, dan warga Sunu kerap menggelar ritual adat di depan patung Jokowi itu. 

Terbaru pada Sabtu (21/10/2023), warga setempat pergi ke Bukit Sunu untuk menyampaikan doa dan harapan di depan patung Jokowi.

Baca juga: Menari dan Gelar Ritual Adat di Depan Patung Jokowi, Warga NTT Minta Gibran Jangan Dipaksakan Jadi Cawapres

Warga minta Gibran jangan dipaksakan jadi cawapres

Tak hanya itu, warga juga menggelar ritual berupa tarian bonet mengitari patung Jokowi. Tarian dengan gerakan melingkar ini merupakan tanda kebersamaan dan tidak boleh putus.

"Lewat ritual adat bersama di depan patung Presiden Jokowi, para warga desa berharap Presiden Jokowi dapat tetap menjadi bapak untuk semua, dan bukan hanya untuk sekelompok orang, atau keluarga saja," ujar Kepala Desa Sunu Yakob Kase, diberitakan Kompas.com, Minggu (22/10/2023).

Bagi warga Desa Sunu, Jokowi merupakan presiden sekaligus bapak bangsa yang menyentuh kehidupan mereka secara nyata.

Namun, mereka melihat ada potensi nama Jokowi dirusak di akhir masa jabatan karena banyak pihak mencalonkan putranya, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden.

"Jangan sampai, dengan pencalonan Gibran, merusak nama baik Pak Jokowi, jangan sampai merusakan ketokohan beliau," ungkapnya.

Lantas, bagaimana sejarah berdirinya patung Jokowi di puncak Bukit Sunu, NTT?

Baca juga: 4 Fakta Patung Soekarno di Bandung Barat, Rp 10 Triliun untuk Bangun Kota Mandiri


Sejarah patung Jokowi di NTT

Kepala Seksi Promosi Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten TTS El Njukambani mengungkapkan, pembuatan dan peletakkan patung Jokowi di puncak Gunung Sunu merupakan keinginan masyarakat desa.

Menurut El, patung tersebut memiliki berat 700 kilogram dengan tinggi 3,5 meter itu. Untuk mengarak patung Jokowi, warga membutuhkan waktu 4,5 jam sampai puncak.

El mengatakan, patung Jokowi mulai diarak ke puncak gunung Sunu yang memiliki ketinggian 1.074 meter di atas permukaan laut pada 10 November 2021.

"Kegiatan ini juga sebagai bentuk penghargaan dari masyarakat Sunu terhadap Presiden Jokowi karena pada saat upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan pada 2020 lalu, Pak Jokowi mengenakan busana adat mereka," ujar El dikutip dari Kompas.com (14/11/2021).

Patung itu dibuat di Bali beberapa bulan sebelumnya. Namun, nama seniman atau pembuat patung tersebut tidak disebutkan.

Baca juga: Doa di Patung Jokowi, Warga NTT: Biarkan Gibran Matang Secara Alami

Peletakan pertama pembangunan patung itu telah dilaksanakan sebelumnya oleh Bupati TTU Epy Tahun pada 30 Oktober 2021.

Patung yang terbuat dari campuran beton itu lantas dikirimkan ke NTT menggunakan kapal.

Dikutip dari Kompas.com (14/11/2021), pembangunan patung merupakan inisiatif dari Aslog Kasdam IX Udayana, Kolonel Simon Kamlasi putra asli Asmanatun.

Ibu kandung Kolonel Simon Kamlasi, Janse Halena Kamlasi Aploegi mengatakan Gunung Sunu dipilih sebagai lokasi peletakkan patung karena memiliki letak strategis dan memiliki nilai sejarah budaya.

El menyebut, warga membangun jalan di gunung yang memiliki jalur pendakian terjal tersebut sebelum mengarak patung. Warga berharap patung Jokowi ini dapat menjadi tempat wisata di Gunung Sunu.

Kata dia, proses mendirikan patung dan waktu pelaksanaannya diputuskan melalui diskusi bersama antara masyarakat, tokoh adat, dan pemerintah setempat.

Baca juga: Perjalanan Patung Jokowi Menuju Mandalika

Halaman:

Terkini Lainnya

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com