Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Proses Terbentuknya Black Hole atau Lubang Hitam?

Kompas.com - 01/10/2023, 19:15 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Black hole atau lubang hitam adalah sebuah tempat di ruang angkasa dengan gravitasi yang dapat menarik segala sesuatu di dekatnya.

Dilansir dari laman National Geographic, black hole adalah titik-titik di ruang angkasa yang begitu padat sehingga mereka menciptakan lekukan gravitasi yang dalam.

Gravitasi tersebut tidak hanya dalam, namun juga sangat kuat menarik sesuatu karena materi terhimpit ke dalam ruang yang sangat kecil. Bahkan cahaya pun tidak dapat lepas.

Karena karena gravitasi yang kuat menarik seluruh cahaya ke tengahnya, tidak ada cahaya yang bisa keluar. Ini membuat manusia tidak bisa melihat lubang hitam.

Baca juga: Fakta-fakta 5 Planet Kerdil di Tata Surya Termasuk Pluto


Namun, para peneliti menggunakan teleskop ruang angkasa dengan alat khusus, dapat membantu menemukan lubang hitam.

Ilmuwan melihat gravitasi mempengaruhi bintang dan gas di sekitar black hole. Ketika lubang hitam dan bintang berdekatan, cahaya berenergi tinggi akan dihasilkan.

Cahaya seperti ini tidak dapat dilihat dengan mata manusia, sehingga diperlukan satelit dan teleskop di ruang angkasa untuk melihat cahaya berenergi tinggi.

Baca juga: Apa Itu Aurora? Berikut Pengertian dan Proses Terbentuknya

Proses terbentuknya black hole

Ilustrasi proses terbentuknya black hole atau lubang hitam.iStockphoto/Elen11 Ilustrasi proses terbentuknya black hole atau lubang hitam.

Kebanyakan black hole atau lubang hitam terbentuk dari sisa-sisa bintang besar yang mati dan menghasilkan ledakan dahsyat yang disebut supernova.

Ledakan seperti itu melemparkan materi bintang ke luar angkasa, namun tetap meninggalkan inti bintang.

Pada sisa-sisa supernova, tidak ada lagi gaya yang melawan gravitasi dari massa bintang, sehingga inti bintang mulai runtuh dengan sendirinya.

Dilansir dari laman NASA, bintang yang lebih kecil menjadi bintang neutron padat, dan tidak cukup masif untuk memerangkap cahaya.

Jika massa total bintang tersebut cukup besar (sekitar tiga kali massa Matahari), secara teoritis dapat dibuktikan bahwa tidak ada gaya yang dapat menahan bintang agar tidak runtuh karena pengaruh gravitasi.

Baca juga: Mengenal Ionosfer, Lapisan Atmosfer Bumi yang Memantulkan Gelombang Radio

Namun, saat bintang tersebut runtuh, terjadi hal aneh. Saat permukaan bintang mendekati permukaan imajiner yang disebut event horizon "cakrawala peristiwa", waktu di bintang melambat dibandingkan dengan waktu pengamat di kejauhan.

Ketika permukaan mencapai event horizon, waktu terhenti, dan bintang tidak dapat runtuh lagi. Ia adalah objek beku yang runtuh.

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com