Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berantas Pornografi, Partai Ummat Akan Matikan VPN, Ini Kata Ahli IT

Kompas.com - 11/09/2023, 15:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial X diramaikan dengan unggahan Partai Ummat yang mengatakan akan mematikan Virtual private Network (VPN) untuk memberantas pornografi.

Pernyataan itu dikatakan Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi yang diunggah Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais di akun X resminya @realAmienRais, Jumat (8/9/2023).

Menurut Amien, VPN akan dimatikan apabila partainya memenangi pemilu dan mendapat amanah untuk menjadi decision maker.

Ia juga mengatakan, dengan dimatikkannya VPN maka Indonesia dapat bebas dari pornografi.

"Yang setuju, like and share! Partai Ummat jika nanti menang dan dikasih amanah untuk jadi decision maker, pornografi akan kita berantas!!! VPN kita matikan. Insha Allah Indonesia bebas pornografi!" tulisnya.

Hingga Minggu (10/9/2023), unggahan soal rencana VPN dimatikan untuk memberantas pornografi sudah ditayangkan sebanyak 2,5 juta kali.

Lantas, benarkah mematikan VPN menjadi solusi untuk memberantas pornografi?

Baca juga: Mengenal VPN dan DNS, Pengertian hingga Cara Kerjanya

Tanggapan pengamat

Pengamat keamanan siber Alfons Tanujaya merespons unggahan soal VPN dimatikan untuk memberantas pornografi.

Ia mengatakan, VPN bisa dimatikan dengan cara memblokir IP VPN, deep pocket inspection untuk mengidentifikasi VPN, mengganggu traffic VPN, dan membuat tool ini bekerja sangat pelan.

"Sehingga tidak bisa digunakan dan memberikan sanksi berat untuk pengguna VPN," ujar Alfons saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/9/2023).

Meski begitu, Alfons mengingatkan bahwa keputusan untuk mematikan VPN tidak bisa dilakukan sembarangan.

Ia menyampaikan, hal tersebut justru menunjukkan sikap pemerintah yang represif dan membuat Indonesia menjadi negara terbelakang.

Baca juga: Bahaya Memakai VPN Gratis untuk Mengakses Situs yang Diblokir

 

Rencana matikan VPN dikritik

Di sisi lain, Alfons juga tidak sependapat apabila Partai Ummat akan mematikan VPN untuk memberantas pornografi.

Sebab menurutnya VPN yang bisa disalahgunakan untuk mengakses konten porno juga dapat digunakan untuk keperluan perusahaan.

Sebagai contoh, perbankan membutukan koneksi yang penting. Koneksi antarcabang dilakukan menggunakan VPN.

Di sisi lain, komunikasi antara perusahaan dari kantor pusat ke daerah juga menggunakan VPN.

Jadi, apabila VPN dimatikan, langkah ini justru berdampak bagi kelangsungan pekerjaan atau keamanan perusahaan.

"Padahal, VPN merupakan tools yang digunakan untuk mengamankan koneksi. Jadi, bukan pornografi saja," kata Alfons.

Baca juga: Diprotes Pekerja Seks, OnlyFans Tak Jadi Larang Konten Pornografi

Apa itu VPN?

Alfons menerangkan, VPN yang ingin dimatikan Partai Ummat adalah kanal untuk mengamankan koneksi.

Bila internet diibaratkan jalan raya, VPN adalah jalur khusus yang hanya bisa dilalui kendaraan tertentu.

Jalur tersebut, kata Alfons, dinilai aman dan sulit diretas karena diamankan sedemikian rupa.

"Karena memang dibuat untuk mengamankan koneksi. Kalau informasi dan koneksi penting dilakukan melalui internet tanpa VPN akan rentan kebocoran dan peretasan," jelas Alfons.

Baca juga: Bagaimana Mencegah agar Anak Tak Terpapar Konten Pornografi? Ini Pedomannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com