Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Kasus Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya, NTT, Apa Itu?

Kompas.com - 08/09/2023, 20:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Video yang memperlihatkan praktik kawin tangkap di Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, viral di media sosial pada Kamis (7/9/2023).

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, sejumlah orang mengenakan baju adat 'menculik' seorang wanita dan membawanya kabur menggunakan mobil bak terbuka. 

Kapolres Sumba Barat Daya AKBP Sigit Harimbawan menyebutkan, perempuan berinial DM (20) menjadi korban kawin tangkap oleh pacarnya.

"Pelaku dan korban ada hubungan. Mereka aslinya pacaran," kata Sigit kepada Kompas.com, Jumat (8/9/2023).

Pihak kepolisian menangkap empat orang terkait kasus tersebut, yakni YT (20), LP atau orangtua YT (50), juru bicara (45), dan sopir kendaraan berinisial HT (25).

Lantas, apa itu tradisi kawin tangkap yang terjadi di Sumba, NTT?

Mengenal tradisi kawin tangkap

Sigit menjelaskan, dalam bahasa Sumba, kawin tangkap dikenal dengan sebutan Padeta Mawinne.

Disebutkan, kawin tangkap menjadi salah satu tradisi di Sumba, NTT.

Dilansir dari Jurnal Tradisi Kawin Tangkap di Sumba, NTT: Perspektif FIlsafat Moral Emmauel Kant karya Donatus Sermada (2022), kawin tangkap adalah salah satu tradisi pernikahan di Sumba, NTT khususnya di wilayah pedalaman seperti di Kodi dan Wawewa.

Tradisi tersebut diyakini merupakan warisan nenek moyang mereka secara turun-temurun.

Secara historis, tradisi kawin tangkap biasanya dilakukan oleh laki-laki dari keluarga kaya yang hendak meminang seorang perempuan yang disukainya.

Kawin tangkap dilakukan dengan cara calon pengantin wanita diculik untuk dijadikan istri. 

Tradisi kawin tangkap awalnya dimaksudkan untuk membawa pernikahan tanpa melalui peminangan atau kesepakatan kedua belah pihak, terutama soal mahar atau belis menuju ke tahap peminangan sebagai perkawinan yang sah menurut adat Sumba.

Kawin tangkap menjadi proses adat perkawinan di Sumba yang dilaksanakan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak yaitu keluarga dari pihak laki-laki dengan keluarga dari pihak perempuan.

Pelaksanaan kawin tangkap dilakukan sesuai dengan prosesi pernikahan adat yaitu melibatkan simbol-simbol adat, seperti kuda yang diikat atau emas di bawah bantal sebagai tanda bahwa prosesi adat tengah dilaksanakan.

Dalam prosesinya, mempelai pria dan wanita menggunakan pakaian adat dan pihak orang tua laki-laki memberikan satu ekor kuda dan sebuah parang khas Sumba sebagai tanda permintaan maaf dan memberitahukan bahwa anak perempuannya sudah berada di pihak laki-laki.

Baca juga: Viral, Video Kawin Tangkap di Sumba, Polisi: Pelaku dan Korban Pacaran

 

Sejarah tradisi kawin tangkap

Dilansir dari Pustaka Budaya Sumba (1976), kawin tangkap dilakukan oleh para pria Sumba sebagai upaya untuk keluar dari budaya matriarki yang masih ada di masyarakat Sumba.

Budanya matriarki adalah dominasi kepemimpinan perempuan dalam masyarakat yang menurun dari garis ibu.

Dalam kebiasaan matriarki, laki-laki Sumba merasa bahwa hak mereka sebagai kepala keluarga tidak ada.

Keinginan untuk menjadi kepala keluarga yang mempunyai hak menuntun laki-laki untuk memilih kawin tangkap.

Tujuanya, agar dapat tinggal di lingkungan keluarga laki-laki dan menjadi keluarga yang otonom.

Baca juga: Soal Kawin Tangkap di Sumba dan Budaya Kekerasan terhadap Perempuan...

Makna tradisi kawin tangkap

Makna kawin tangkap biasanya dikaitkan dengan berbagai macam persoalan.

Dikutip dari Jurnal Kawin Tangkap karya Elsiati Tanggu, dkk (2021), makna kawin tangkap dimaksudkan untuk mengangkat derajat atau sekadar menghilangkan rasa malu pihak keluarga laki-laki.

Namun, salah satu tokoh masyarkat di Desa Mareda Kalada, Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) menuturkan bahwa makna tradisi kawin tangkap dulu dan sekarang mengalami pergeseran.

Dahulu, tradisi kawin tangkap bermakna sebagai upaya laki-laki untuk menangkap wanita yang diidamkannya sekalipun wanita tersebut sudah bersuami.

Dalam praktiknya, kawin tangkap dahulu, laki-laki tetap memberikan mahar bagi keluarga perempaun sesuai dengan ketentuan adat istiadat.

Perempuan yang ditangkap secara paksa tidak akan melarikan diri karena jika hal itu dilakukan dia akan kesulitan mendapat jodoh karena namanya sudah tercemar.

Saat ini makna tradisi kawin tangkap dinilai sudah berubah.

Kawin tangkap saat ini dilakukan dengan berbagai macam persoalan, seperti janji antara laki-laki dan wanita, janji orang tua yang diingkari sehingga terjadi praktik kawin tangkap dengan dalil menghilangkan rasa malu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com