Sebagai mayoritas penganut agama Hindu, warga India mengecam adegan dan film tersebut. Protes salah satunya datang dari Komisaris Informasi Pemerintah India, Uday Mahurkar.
Menurutnya, adegan itu mengganggu agama Hindu. Ia bahkan menyerukan adegan tersebut dihapus dari film.
“Kami tidak tahu motivasi dan logika di balik adegan yang tidak perlu dalam kehidupan seorang ilmuwan ini. Tapi ini adalah serangan langsung terhadap kepercayaan agama dari satu miliar umat Hindu yang toleran,” jelas Mahurkar, seperti diberitakan India Today, Selasa (24/7/2023).
Mahurkar juga mempertanyakan keputusan Badan Pusat Sertifikasi Film yang bertugas memberikan izin terbit film dalam menyetujui adegan tersebut.
Ia meminta Nolan untuk menjunjung tinggi martabat kitab suci Hindu serta mendesak agar adegan itu dihapus secara global.
Di media sosial, warganet turut mengecam adegan tersebut. Bahkan, orang-orang memboikot Oppenheimer melalui #BoycottOppenheimer. Mereka juga mengkritik Hollywood karena tidak mampu menggambarkan agama Hindu secara positif dan akurat.
Baca juga: Bukan Hanya Oppenheimer, Berikut 5 Film Terbaik Karya Christopher Nolan
Sementara itu, Bhagavad Gita yang berarti "Firman Tuhan" merupakan kitab berisi 700 ayat dalam bahasa Sansekerta. Kitab ini muncul sekitar abad pertama Sebelum Masehi.
Isinya menceritakan kisah Dewa Krishna dan Arjuna menjelang perang di medan Kurusetra zaman Mahabharata. Saat itu, keduanya berdialog terkait dilema moral yang dirasakan di tengah peperangan.
Kitab ini memuat pesan moral tentang hidup bagi manusia. Tulisannya dirangkai dengan bahasa sangat indah sehingga menarik minat banyak pencinta sastra.
Dikutip dari Bussiness Today, Minggu (23/7/2023), ayat asli yang dikutip Oppenheimer bertuliskan, “Aku adalah waktu yang perkasa, sumber kehancuran yang muncul untuk memusnahkan dunia. Bahkan tanpa partisipasi Anda, para prajurit yang berbaris dalam pasukan lawan akan lenyap”.
Penulis Devdutt Pattnaik pernah menjelaskan bahwa terjemahan yang Oppenheimer kutip dari kitab itu ternyata salah. Kalimat tersebut bahkan tidak tertulis di buku.
"Yang benar mengatakan 'kaal-asmi', yang berarti 'Akulah waktu, perusak dunia'. Jadi, terjemahannya sendiri salah. Ini bukan 'Aku adalah kematian'. Ini adalah waktu, waktu adalah penghancur dunia," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.