Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bintik Matahari Capai Jumlah Terbanyak dalam 21 Tahun Terakhir, Apa Dampaknya bagi Bumi?

Kompas.com - 10/07/2023, 06:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Titik maksimum bisa datang lebih awal dan kuat

Para ilmuwan mencatat, saat ini Matahari berada di siklus ke-25, sejak secara resmi dimulai pada Desember 2019.

Pada akhir 2019, ilmuwan memperkirakan bahwa siklus ini akan mencapai puncak pada 2025 dengan intensitas serupa siklus sebelumnya.

Artinya, intensitas semula diprediksi akan lebih sedikit dibandingkan dengan siklus lain yang pernah tercatat.

Kendati demikian, siklus Matahari ke-25 telah berkembang dan menunjukkan tanda-tanda jauh lebih aktif daripada prediksi awal.

Oleh karenanya, para ilmuwan pun saat ini percaya bahwa solar maksimum dapat datang lebih awal dan jauh lebih kuat daripada siklus terakhir.

Baca juga: Gerhana Matahari Hibrida, Seberapa Sering Terjadi di Indonesia?

Dampak bagi Bumi

Selama 28 bulan terakhir, jumlah bintik Matahari yang diamati lebih tinggi dari prediksi awal, seperti diberitakan Chron, Kamis (6/7/2023).

Misalnya, angka prediksi untuk Juni hanya 77, kurang dari setengah jumlah bintik Matahari yang sebenarnya.

Kondisi saat ini lebih sejalan dengan siklus Matahari ke-23, yang memuncak antara 2000 dan 2001.

Selama titik solar maksimum tersebut, jumlah bintik Matahari tertinggi adalah 244 yang terjadi pada Juli 2000.

Di sisi lain, pada 29 Juni 2023, bintik Matahari yang baru muncul 48 jam sebelumnya tiba-tiba membengkak menjadi raksasa yang berukuran sekitar 10 kali lebih lebar dari Bumi.

Bercak hitam itu pun menjadi salah satu bintik Matahari terbesar dari siklus Matahari ke-25.

Pada 2 Juli lalu, bintik hitam ini terpantau "meludah" mengeluarkan semburan kelas X, jenis terkuat yang dapat dihasilkan Matahari.

Semburan tersebut menghantam langsung ke Bumi dan menyebabkan pemadaman radio di Amerika Serikat bagian barat serta Samudra Pasifik bagian timur.

Fenomena ini pun menjadi tanda lain yang menunjukkan bahwa titik maksimum Matahari semakin dekat dan akan lebih ekstrem dari diperkirakan.

Kendati demikian, bintik Matahari bukan satu-satunya indikator titik maksimum yang akan datang berpotensi lebih kuat dari siklus terakhir.

Tanda lain, yakni pada Maret 2023, termosfer atau lapisan atmosfer tertinggi kedua milik Bumi telah mencapai suhu tertinggi selama hampir 20 tahun.

Kondisi tersebut disebabkan termosfer yang menyerap kelebihan energi dari badai Matahari pada awal tahun 2023.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com