Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menyempurnakan Pemikiran Hawking

Kompas.com - 30/05/2023, 14:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA berita berjudul provokatif “A Brief History of Time is ‘wrong’, Stephen Hawking told collaborator” yang dimuat The Guardian edisi 19 Maret 2023, Thomas Hertog berkisah menerima email yang memanggilnya ke kantor mentornya, Stephen Hawking.

Peneliti muda itu bergegas ke kantor Hawking di Cambridge.

“Matanya bersinar karena kegembiraan,” kenang Hertog.

Mengetik pada sistem suara yang dikendalikan komputer yang memungkinkan sang ahli kosmologi berkomunikasi, Hawking menegaskan: “Saya telah berubah pikiran. Buku saya, A Brief History of Time, ditulis dari perspektif yang salah.”

Berarti buku ilmiah terlaris dalam sejarah penerbitan, dengan penjualan di seluruh dunia lebih dari 10 juta eksemplar, dibuang ke tong sampah oleh penulisnya sendiri.

Hawking dan Hertog kemudian mulai mengerjakan cara baru untuk merangkum pemikiran terbaru mereka tentang alam semesta.

“Masalah bagi Hawking adalah perjuangannya untuk memahami bagaimana alam semesta dapat menciptakan kondisi yang begitu ramah bagi kehidupan,” kata Hertog.

Contoh dari kondisi pendukung kehidupan ini termasuk keseimbangan halus yang ada antara kekuatan partikel yang memungkinkan adanya kimia dan molekul kompleks.

Selain itu, fakta bahwa hanya ada tiga dimensi ruang memungkinkan tata surya yang stabil berevolusi dan menyediakan rumah bagi makhluk hidup.

Tanpa sifat-sifat ini, alam semesta mungkin tidak akan menghasilkan kehidupan seperti yang kita ketahui, begitu pendapat beberapa kosmolog.

Hertog dan Hawking siap memberikan penjelasan untuk kondisi ketidakpastian bintang ini setelah Hawking memvonis upaya sebelumnya sebagai tidak memadai.

"Stephen mengatakan kepada saya bahwa dia sekarang mengira dia telah salah maka dia dan saya bekerja, bahu-membahu, selama 20 tahun ke depan untuk mengembangkan teori baru tentang kosmos, teori yang dapat menjelaskan kemunculan kehidupan secara lebih baik," demikian kata Hertog.

Pada April 2023, Thomas Hertog yang kini masih berkarya sebagai guru besar fisika teoritis di Universitas Leuwen, Belgia menerbitkan buku berjudul “On The Origin of Time” dengan sub judul yang menjamin buku tersebut masuk kategori best sellers: “Stephen Hawking’s Final Theory”.

Penerbitan buku “On The Origin of Time” yang menurut penulisnya sendiri merupakan penyempurnaan demi menghindari istilah koreksi terhadap teori Stephen Hawking wajar apabila disambut skeptis oleh para pemberhala teori Hawking yang terlanjur dianggap solid dan valid maka mustahil tidak solid dan tidak valid ternyata secara kelirumologis dinyatakan oleh Stephen HawkIng sendiri sebagai ditulis dengan perspektif yang keliru.

Sebagai insan awam fisika apalagi kosmologi, sudah barang tentu saya tidak berani melibatkan diri ke dalam kemelut polemik “On The Origin of Time”.

Namun saya pribadi secara intuitif dapat merasakan kehadiran makna kebenaran di dalam komentar kosmolog dan astrofisikawan Lord Martin Rees “This superbly written book offers insight into an extraordinary individual, the creative process, and the scope and limits of our current understanding of the cosmos.”

Bagian terakhir komentar sang mantan Presiden Royal Society 2005-2010, mengingatkan saya kepada kearifan kosmologis yang tersirat di dalam legenda Dewa Ruci di samping membuat diri saya makin yakin bahwa daya pikir manusia memang tidak sempurna maka mustahil mampu mengungkap segenap misteri yang menyelubungi alam semesta.

Namun ketidaksempurnaan daya pikir manusia justru merupakan energi penggerak mekanisme peradaban agar manusia yang tidak sempurna terus menerus tanpa henti gigih berikhtiar mendekatkan diri ke kesempurnaan.

Selaras makna luhur bukan ketinggian, namun kerendahan hati yang terkandung di dalam kearifan ojo dumeh.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com