Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Gelar Haji di Indonesia, Pemberian Kolonial untuk Tandai Bibit "Pemberontak"

Kompas.com - 26/05/2023, 06:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seseorang yang baru saja kembali dari ibadah haji di Tanah Suci kerap tersemat gelar haji atau hajjah di depan namanya.

Gelar haji umum ditemui di Indonesia untuk menandakan orang tersebut telah melaksanakan rukun Islam kelima. Namun ternyata, panggilan ini hanya ada dan berlaku di Indonesia.

Lantas, bagaimana sejarah gelar haji di Indonesia?

Baca juga: Syarat Daftar Haji, Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?


Gelar haji semula hanya ada di Indonesia

Guru Besar Ilmu Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Mas Said Surakarta Syamsul Bakri membenarkan bahwa penyematan gelar haji semula hanya ada di Indonesia.

"Buktinya di Timur Tengah tidak ada gelar haji, orang Barat juga tidak bergelar haji walaupun sudah haji," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/5/2023).

Gelar haji kemudian berkembang di daerah Melayu, terutama di Brunei Darussalam dan Malaysia.

Syamsul menerangkan, panggilan haji di lingkungan masyarakat Tanah Air sebenarnya sudah ada jauh sebelum Hindia Belanda mengesahkannya.

Baca juga: Mengenal Gelang Haji yang Dipakai Jemaah Haji Indonesia

Paham Pan-Islamisme

Sejarah gelar Haji di Indonesia yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk menandai pemberontakwikipedia Sejarah gelar Haji di Indonesia yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk menandai pemberontak

Kendati demikian, penyematan gelar ini secara resmi dan formal baru dilakukan pada 1916, dengan dasar aturan Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad Tahun 1903.

"Jadi bedakan gelar formal haji sekarang pakai H, dengan haji sebagai panggilan. Kalau panggilan, sejak zaman kuno pun sudah ada," ungkapnya.

Menurut Syamsul, pemerintah kolonial menyematkan gelar haji untuk menandai mereka yang kemungkinan terkontaminasi paham Pan-Islamisme, salah satu paham pemberontak kolonialisme selain komunis.

Pan-Islamisme merupakan sebuah ideologi politik yang mengajarkan bahwa umat Islam di seluruh dunia harus bersatu untuk dapat terbebas dari kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat.

Baca juga: Melihat Hajar Aswad: Asal Mula, Sejarah, dan Penampakan Batu dari Surga

Konsep dasar Pan-Islamisme ini dicetuskan oleh Jamaluddin Al-Afghani pada akhir abad ke-19 Masehi.

Paham ini bersumber dan menyebar dari Tanah Suci, tempat umat Islam menggelar ibadah haji.

Terlebih pada zaman dahulu imbuhnya, seseorang yang menjalankan haji bisa waktu sangat lama hingga bertahun-tahun.

"Karena di sana sambil ngaji, sambil bekerja, macam-macam, dan ada interaksi orang yang berhaji dari berbagai negara," ujarnya.

Baca juga: Ramai soal Mencium Hajar Aswad Bisa Tertular HIV, Covid-19, dan TBC, Ini Kata Dokter

Menguatnya paham Pan-Islamisme kala itu, hingga pemerintah kolonial yang takut akhirnya menyematkan gelar haji sebagai penanda.

"Musuh Belanda dua, komunis dan Pan-Islam, yang membahayakan kolonial," tuturnya.

"Para haji dicurigai terkontaminasi pikiran Pan-Islamisme ketika di Mekkah, maka gelar haji menjadi penting bagi Belanda," sambungnya.

Baca juga: Mengapa Pesawat Tidak Boleh Melintasi Kabah?

Haji bukan gelar kehormatan

ilustrasi syarat dan prosedur membuka tabungan haji.Freepik/odua ilustrasi syarat dan prosedur membuka tabungan haji.

Terpisah, sejarawan dan pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali menuturkan, gelar haji semula bukanlah gelar kehormatan.

Namun, gelar haji adalah salah satu upaya untuk mengendalikan penyebaran paham Pan-Islamisme dari ibadah haji yang merebak pada awal abad ke-20.

"Salah satunya sejak 1916, pemerintah Belanda menyematkan gelar haji di depan nama setiap penduduk Muslim yang ada di Hindia Belanda dengan maksud agar mudah diawasi," jelasnya kepada Kompas.com, Rabu.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta, Bagaimana Awal Mulanya?

Saat itu, semangat kemerdekaan terus digaungkan oleh tokoh Islam, terutama mereka yang telah kembali dari ibadah haji.

Maka dapat disimpulkan, imbuh Asep, gelar haji adalah gelar pemberontak yang diberikan penjajah kepada penduduk Indonesia pada masa itu.

Asep pun mencontohkan beberapa tokoh yang sukses menyuarakan perlawanan kolonialisme usai beribadah haji.

Misalnya, KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah pada 1912 dan KH Hasyim Asyari yang mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926.

Ada pula KH Samanhudi pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) pada 1905, serta HOS Cokroaminoto pendiri Sarekat Islam (SI) 1912.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 23 Februari 1923, KH Ahmad Dahlan Meninggal Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak

PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak

Tren
Minum Apa Biar Tekanan Darah Tinggi Turun? Berikut 5 Daftarnya

Minum Apa Biar Tekanan Darah Tinggi Turun? Berikut 5 Daftarnya

Tren
Bagaimana Cara Menurunkan Berat Badan dengan Minum Kopi? Simak 4 Tips Berikut

Bagaimana Cara Menurunkan Berat Badan dengan Minum Kopi? Simak 4 Tips Berikut

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 9-10 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 9-10 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 8-9 Juni | Perjalanan Kasus Akseyna UI

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 8-9 Juni | Perjalanan Kasus Akseyna UI

Tren
23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com