Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Silvanus Alvin
Dosen

Silvanus Alvin adalah dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan penulis buku Komunikasi Politik di Era Digital: dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa.

Pemilu 2024, Ajang "Silat Lidah" Para Pandit Politik

Kompas.com - 24/05/2023, 15:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM praktik komunikasi politik sehari-hari, terutama menjelang pemilu, terdapat sebuah entitas yang kerap muncul menghiasi media. Entitas ini adalah para pandit politik. Di media, mereka lebih sering dikenal sebagai pengamat politik.

Sebelum membahas lebih lanjut, penting untuk mendefinisikan entitas yang disebut pandit (pandit) politik. Bagi sebagian akademisi, pandit politik dipahami sebagai 'suara nalar' yang netral dan mampu memberikan penjelasan atau pemikiran kritis terhadap suatu peristiwa maupun intrik politik di dalamnya.

Dalam konteks iklim demokrasi, pandit politik memainkan peran yang signifikan. Mereka adalah individu yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan wawasan luas tentang politik serta kebijakan publik.

Baca juga: Menurut Pakar, Ada 3 Sesat Pikir Pelaksanaan Debat Politik di Indonesia

Keberadaan mereka merupakan hal yang lazim dan bahkan penting dalam sistem politik yang berbasis demokrasi. Pandit politik sering muncul di media massa, baik televisi, radio, maupun platform digital, untuk memberikan analisis, komentar, dan pandangan terkait isu-isu politik yang sedang berkembang.

Keberadaan para pandit politik yang ideal di iklim demokrasi diibaratkan sebagai pagar pembatas yang menjaga agar praktik demokrasi tetap berjalan ke arah yang benar. Melalui pengetahuan dan pemahaman, mereka berkontribusi dalam membentuk dan membimbing arus opini publik (untuk mencapai tujuan besar bangsa).

Di beberapa kejadian, para pandit sering disangka peramal politik, karena memiliki kemampuan untuk "menghitung" masa depan berdasarkan peristiwa politik saat ini.

Enam Tipe Pandit Politik

Di Indonesia, terdapat lima tipe pandit politik, yaitu akademisi, jurnalis senior, perwakilan kelompok, mantan politisi, pemuka agama, dan selebriti. Akademisi dipandang pantas sebagai pandit karena memiliki pengalaman penelitian politik yang luas, dan sering menjadi tamu dalam acara talk show politik. Mereka memiliki pemahaman mendalam tentang teori politik dan kebijakan publik, dan cenderung memberikan pandangan yang berfokus pada analisis data dan bukti empiris.

Berikutnya, jurnalis senior yang telah memiliki pengalaman segudang dalam meliput politik dan memahami dinamika politik secara mendalam dipandang mampu memberikan arah. Mereka cenderung memberikan pandangan yang berfokus pada wawasan dan pengalaman atas sebuah peristiwa politik.

Sementara itu, perwakilan kelompok umumnya mewakili suatu organisasi atau kelompok tertentu, seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM). Mereka cenderung memberikan pandangan yang berfokus pada kepentingan organisasi yang mereka wakili.

Mantan politisi yang memiliki pengalaman langsung dalam politik dan sering membuat perbandingan dengan peristiwa politik masa lalu juga layak disebut pandit. Mereka cenderung memberikan pandangan yang berfokus pada pengalaman politik dan pengetahuan mereka tentang bagaimana politik bekerja.

Tidak kalah penting, Indonesia yang menjunjung tinggi religiusitas tentunya berimplikasi pada peran pemuka agama menjadi pandit. Ucapan individu yang dianggap saleh menjadi penting untuk didengar.

Baca juga: Ganjar Pranowo Resmi Jadi Capres, Pakar Politik UGM Ungkap Strategi PDI-P

Terakhir, selebritas juga menjadi salah satu wajah dari pandit politik di Indonesia. Pesona selebritas dapat memengaruhi opini publik dan cenderung memberikan pandangan yang berfokus pada isu-isu yang mereka anggap penting. Namun, pandangan mereka seringkali kurang didasarkan pada fakta dan bukti empiris.

Silat Lidah Pandit Politik

Pada Pemilu 2024, beragam tipe pandit politik di atas niscaya menghiasi media. Ucapan mereka kemungkinan besar akan didengar dan jadi bahan pertimbangan.

Dalam penelitian yang saya lakukan, para pandit politik ini memang dihadirkan untuk empat tujuan utama. Pertama, silat lidah. Para pandit politik tidak hanya berfungsi untuk memberi penjelasan atau arahan dari sebuah peristiwa politik, melainkan juga untuk mengisi slot waktu program acara di media.

Bak selebritas, debat pandit dengan politisi atau antar-pandit, terutama debat panas, menarik perhatian publik. Silat lidah pun tidak terelakkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com