Dikutip dari laman resmi Provinsi Lampung, Lampung telah lama menjadi salah satu incaran penjajah Belanda.
Namun, rencana Belanda mendapat perlawanan dari Kesultanan Banten yang saat itu menjadi pusat perdagangan di perairan Jawa, Sumatera, dan Maluku.
Kehadiran Banten ini mengusik rencana VOC untuk menguasai Lampung.
VOC pun mencari cara untuk memuluskan rencananya, salah satunya adalah menbujuk putra Sultan Agung Tirtayasa, Sultan Haji sehingga terjadi perselisihan antara keduanya.
Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dengan imbalan akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung.
Pada 1682, Sultan Agung Tirtayasa berhasil digulingkan, Sultan Haji kemudian dinobatkan sebagai Sultan Banten.
Sultan Haji dan VOC kemudian sepat bahwa pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkann VOC.
Kendati demikian, tidak semua penguasa di Lampung tunduk pada kekuasaan Sultan Banten dan tetap menganggap Belanda sebagai musuh.
Perlawanan masyarakat Lampung terhadap Belanda pun semakin menguat, khususnya pada era Radin Inten.
Pada 1825, Belanda memerintahkan untuk menangkap Radin Inten, tetapi gagal.
Setelah meninggal dunia, perlawanan terhadap Belanda dilanjutkan oleh putranya Radin Imba Kusuma atau disebut Radin Inten II.
Setelah Perang Diponegoro selesai pada 1830, Belanda beberapa kali menyerbu Radin Imba Kusuma, tetapi gagal.
Radin Imba Kusuma terus mengajak warga Lampung untuk melawan Belanda, hingga akhirnya ia tertangkap dan dibunuh oleh tentara Belanda.
Sejak saat itu, Belanda mulai leluasa mengeksploitasi Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan, seperti tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit.
Kendati demikian, perjuangan membebaskan Lampung dari jerat penjajah pun masih terus berlangsung hingga Indonesia merdeka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.