Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Everest Mengeluarkan Suara Misterius Setiap Malam, Ahli Ungkap Asal-usulnya

Kompas.com - 08/05/2023, 06:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

"Kami mendengar ledakan keras ini," ujar ahli glasiologi atau ilmu tentang gletser dan es, sekaligus penulis utama studi, Evgeny Podolskiy.

"Kami memperhatikan bahwa gletser kami meledak, atau meledak dengan (suara) retakan di malam hari," lanjutnya.

Tim pun menyimpulkan bahwa suara-suara tersebut disebabkan oleh rekahan termal nokturnal.

Kondisi ini merupakan efek dari perubahan suhu yang menciptakan sebuah pergerakan di gunung dan pegunungan.

Pasalnya, seperti diberitakan Daily Mail (2/5/2023), saat Matahari terbenam, suhu di wilayah Everest mulai turun hingga mencapai minus 15 derajat Celsius.

Padahal, Podolskiy menjelaskan, para peneliti hanya menggunakan kaos saat siang hari. Artinya, saat siang, suhu Everest cukup bersahabat bagi peneliti yang bekerja.

Gletser yang bebas puing-puing atau reruntuhan, seperti yang ditempati tim peneliti, lebih terpapar unsur-unsur daripada gletser yang tertutup puing-puing.

Gletser yang tertutup akan menyebabkan kontraksi termal yang luas saat permukaannya mendingin.

Kondisi tersebut, pada akhirnya, menyebabkan terjadinya rekahan dekat permukaan gletser yang terbuka. Hal ini, memicu suara retakan keras yang menggema di pegunungan.

Di sisi lain, gletser yang tipis juga tampak memiliki risiko kontraksi termal yang lebih besar. Sebaliknya, gletser yang lebih tebal akan mengalami lebih sedikit tekanan termal.

Baca juga: Mengintip El Diablo, Restoran Spanyol yang Memasak Sajian di Atas Lava Gunung Berapi

Masih belum jelas mengapa hanya terjadi di Himalaya

Pegunungan Himalaya menjadi salah satu penyimpan es terbesar di Bumi.

Namun, gletser tertutup puing-puing atau sekitar 70 persen dari wilayah Himalaya yang bergletser, adalah jenis yang paling tidak terwakili dalam studi seismologi gletser.

Oleh karena itu, masih belum jelas mengapa perubahan suhu tampaknya lebih memengaruhi gletser Himalaya daripada gletser di belahan dunia lain.

Kendati demikian, setidaknya penelitian di Himalaya ini telah membantu ilmuwan untuk lebih memahami bagaimana cara memantau perilaku gletser dan menilai kerusakan es.

Dengan cara itu, para peneliti dan masyarakat pun dapat melacak efek perubahan iklim pada bongkasan es yang sangat besar ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com