Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hardiknas 2 Mei 2023: Sosok Ki Hadjar Dewantara dan Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Kompas.com - 01/05/2023, 21:59 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Semboyan Ki Hadjar Dewantara

Sosok Ki Hadjar Dewantara terkenal akan kutipan yang menjadi semboyan pendidikan Indonesia, yakni "Tut Wuri Handayani".

Secara lengkap, semboyan dalam bahasa Jawa tersebut adalah "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani".

  • Ing ngarsa sung tulodo, artinya "di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik".
  • Ing madya mangun karsa, artinya "di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa atau ide".
  • Tut wuri handayani, artinya "dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan".

Menteri Pendidikan pertama, Bapak Pendidikan Nasional

Dilansir dari Kompas.com (2/5/2021), Ki Hadjar Dewantara merupakan menteri pendidikan pertama di Indonesia.

Sosoknya diamanati sebagai Menteri Pengajaran Indonesia pada Kabinet Presiden Soekarno.

Ki Hadjar Dewantara juga merupakan pahlawan nasional kedua yang ditetapkan Presiden pada 28 November 1959.

Penetapan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 305 Tahun 1959 tertanggal 28 November 1959.

Melalui surat keputusan yang sama, dirinya turut ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Bahkan, harian Kompas pada 2 Mei 1968 melaporkan, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan penghargaan dari pemerintah atas jasa-jasanya.

Sebab, sosoknya dianggap telah memelopori sistem pendidikan nasional berbasis kepribadian dan kebudayaan nasional.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya Pak Kasur, Tokoh Pendidikan Indonesia

Turut galakkan perjuangan di luar pendidikan

Bukan hanya di dunia pendidikan, Bapak Pendidikan Nasional juga tercatat pernah berkiprah sebagai wartawan.

Dia pernah bekerja untuk beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik, salah satunya organisasi Budi Utomo.

Pada 25 Desember 1912, Ki Hadjar Dewantara bersama rekan tiga serangkai mendirikan Indische Partij.

Namun, organisasi tersebut ditolak oleh Belanda dan diganti dengan membentuk Komite Bumiputera pada 1913.

Komite tersebut bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan 100 tahun kebebasan negeri Belanda dari penjajahan Perancis dengan menarik pajak dari rakyat kecil.

Ki Hadjar Dewantara pun mengkritik perayaan tersebut melalui tulisan yang berjudul "Als Ik Eens Nederlander Was" (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).

Karena tulisan tersebut, Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan dibuang ke Pulau Bangka. Namun, ia bernegosiasi untuk dibuang ke Belanda dan diizinkan oleh Belanda.

(Sumber: Kompas.com/Nur Fitriatus Shalihah | Editor: Rendika Ferri Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com