Risiko kematian mendadak yang terkait dengan jantung menurut Laporan Data ODHCA 2019, memang meningkat seiring bertambahnya usia.
Mereka yang berusia di atas 65 tahun merupakan kelompok pasien dengan risiko tertinggi, terhitung 36,2 persen kasus pada 2019.
Hal yang sama berlaku untuk aneurisma, di mana risiko semakin berkembang pada orang tua terutama yang merokok dan memiliki riwayat hipertensi.
Dikutip dari Kemenkes RI, Aneurisma otak adalah kondisi saat terjadi penggelembungan pembuluh darah di otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah di suatu titik tertentu.
Jika aneurisma pada otak pecah, hal tersebut bisa menyebabkan hal yang lebih buruk, seperti kerusakan otak, stroke hemoragik, koma, dan kematian.
Menurut Laporan Data OHCA, lebih dari 3.000 orang menderita serangan jantung mendadak setiap tahun.
Bahkan kondisi tersebut bisa dialami olahragawan yang tampaknya bugar dan sehat pun tidak dapat menghindari kematian karena gagal jantung.
Namun, kematian mendadak terkait jantung ini dapat dijelaskan dengan aktivitas fisik yang kuat yang ditegaskan oleh masalah jantung mendasar yang tidak terdiagnosis.
Masalah tersebut seperti gangguan otot jantung, infeksi yang melemahkan otot jantung, atau kelainan bawaan pada arteri koroner, menurut ke HealthXchange.sg.
Untuk pasien dengan aneurisma, bahkan mungkin ada gejala seperti nyeri punggung dan perut yang tiba-tiba muncul serta pusing atau kehilangan kesadaran akibat penurunan tekanan darah, kata Dr Rajesh.
Memprediksi bahwa seseorang memiliki masalah kardiovaskular memang bukan perkara yang mudah untuk dilakukan, namun ini bukan berarti Anda bisa bermalas-malasan.
Menerapkan gaya hidup yang sehat dan mengendalikan faktor risiko adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko kematian mendadak.
Menjaga kualitas tidur yang baik, juga membantu seseorang untuk meminimalkan risiko kematian mendadak terkait jantung.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah kemampuan untuk mengelola tingkat stres.
Sebab stres yang berkepanjangan, ditambah ketegangan emosional akan menyebabkan tubuh memproduksi adrenalin.
Akibatnya, jantung akan memompa lebih cepat dan lebih keras sehingga pembuluh darah kemudian akan menyempit.
Anda dapat rutin melakukan pengecekan kadar kolesterol dan tekanan darah secara rutin untuk meminimalkan risiko penyakit jantung. Hal ini karena tekanan darah terus-menerus di atas 140/90 mmHg, dapat merusak jantung dan pembuluh darah jika tak ditangani.
Merokok juga bisa menyebabkan seseorang berisiko mengalami kematian mendadak akibat masalah jantung, sehingga sebaiknya Anda mulai mengurangi merokok sesegera mungkin.
Baca juga: Bahaya Rokok bagi Kesehatan Reproduksi Wanita, Ini Penjelasan Dokter
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.