Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Sepeda dan Trotoar Dibongkar Jadi Jalan, Macet Justru Tambah Parah, Akhirnya Mau Dibangun Lagi

Kompas.com - 19/04/2023, 13:45 WIB
Alinda Hardiantoro,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengaku salah perhitungan dalam melakukan pembongkaran jalur sepeda dan trotoar di simpang Pasar Santa, Jakarta Selatan.

Mulanya, pengaspalan jalur sepeda dan trotoar itu dimaksudkan untuk mengurai kemacetan dari Jalan Kapten Tendean ke Wolter Monginsidi.

"Ada perhitungan bahwa pembukaan jalur baru (menghilangkan pedestrian) bisa membuat jalanan lebih lancar," ujarnya, dilansir dari Kompas.com Selasa (18/4/2023).

Namun, fakta di lapangan justru sebaliknya. Kawasan tersebut justru mengalami kemacetan parah.

Menurut Syafrin, penyebab kemacetan itu karena penutupan akses putar balik (u-turn) untuk rekayasa lalu lintas yang dilakukan beriringan dengan penghapusan jalur sepeda dan trotoar di kawasan Santa.

Akibatnya, penumpukan kendaraan justru terjadi di sejumlah titik, mulai dari crossing di Jalan Ciranjang, Jalan Ciragil, hingga Jalan Gunawarman.

Baca juga: Hak Jawab Dishub DKI: Persimpangan Santa Macet akibat Penutupan U-turn, Bukan karena Penghapusan Trotoar dan Jalur Sepeda

Hak pengguna trotoar hilang

Penutupan trotar dan jalur sepeda di simpang Pasar Santa turut dikeluhkan pejalan kaki.

Pasalnya, mereka tak lagi leluasa melewati simpang Pasar Santa usai trotoar itu diaspal untuk jalan raya.

Dilansir dari Kompas.com Selasa (18/4/2023), Jesicca (28) mengaku harus menyusuri median jalan yang masih berupa urukan tanah untuk menuju ke Jalan Wijaya 1 dari Jalan Suryo Raya.

"Jalur untuk pejalan kaki ditutup, tapi bagi pejalan kaki tidak disediakan jalur alternatif. Kami harus berjalan melipir, satu sisi ada taman, sedangkan sisi lainnya ada median jalan yang belum dirapikan,” ujarnya.

Baca juga: Penyangkalan Soal Penyebab Macet di Simpang Santa, Tingginya Volume Kendaraan Dituding yang Jadi Biang Kerok

Dikeluhkan pesepeda

Masih dari sumber yang sama, pesepeda juga merasa dirugikan atas kebijakan penutupan jalur sepeda di kawasan Santa.

Farizal (27), pemuda yang biasanya melewati kawasan tersebut dengan sepeda kini harus memikul sepedanya untuk menuju ke jalur sepeda di seberangnya.

"Sangat disayangkan, saat negara-negara di dunia mengutamakan pejalan kaki dan pesepeda, di sini justru semakin mengurangi aksesibilitas kami. Ini seperti kemunduran peradaban,” ungkap Farizal.

Baca juga: Penutupan U-turn di Simpang Santa Bikin Macet Parah, Dirlantas: Banyak Orang Adakan Bukber Terakhir

Kemacetan makin parah

Tak hanya merugikan pejalan kaki dan pesepeda, kebijakan penutupan u-turn yang dilakukan bersamaan dengan penghapusan jalur sepeda dan trotoar itu justru membuat kemacetan semakin parah.

Andi (32), petigas keamanan di kawasan Pasar Santa mengatakan, kemacetan itu merupakan yang terparah dalam kurun waktu 6 tahun terakhir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com