Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Gonjang-Ganjing Semesta Media Kontemporer

Kompas.com - 18/04/2023, 10:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA bukan jurnalis atau pemilik media. Saya hanya seorang rakyat jelata yang sedang belajar menulis, termasuk menulis naskah sederhana yang sedang Anda baca ini.

Namun, saya beruntung punya banyak teman jurnalis profesional sampai pemimpin redaksi yang cukup banyak tahu tentang gonjang-ganjing semesta media kontemporer.

Sudah menjadi rahasia umum, jadi sebenarnya sudah bukan rahasia lagi, bahwa di panggung media masa kini tampil jenis jurnalis gaya baru era kontemporer, yaitu mereka yang disebut buzzer dan/atau influenzer.

Buzzer dan/atau influenzer terbagi menjadi dua jenis yaitu jenis freelancer yang menulis berdasar suara sanubari diri sendiri tanpa berbayar dan jenis yang menulis berdasar pesanan yang membayar tulisan mereka.

Baca juga: Perludem Soroti Ruang Gelap Dana Kampanye Peserta Pemilu jika Sewa Buzzer

Bayaran seorang buzzer berbayar konon jauh lebih tinggi ketimbang gajih seorang pemimpin redaksi, tergantung kehendak dari pihak pembayar berdasar kebutuhan masing-masing.

Di masa pemilu penghasilan seorang buzzer berbayar lazimnya semakin tinggi. Malah ada buzzer yang menjadi mahakayaraya berkat berkarya sebagai double bahkan triple agent yang menulis sekaligus untuk tiga caleg (calon legislatif), cakada (calon kepada daerah), capres (calon presiden) yang sedang bersaing untuk memenangkan pemilu.

Menurut seorang teman saya yang jurnalis senior, para buzzer berbayar memiliki akun-akun dengan peralatan kecerdasan artifisial super canggih yang selama ini mendominasi alam semesta media sosial. Mereka bekerja seperti robot dalam sebuah super komputer yang supra mandraguna.

Sayangnya, media yang kini sudah berubah menjadi media internet, tak berdaya menghadapi hal ini. Karena harus mengejar profit, terpaksa media massa tunduk pada apa yang ada di media sosial.

Media tak bisa lagi membawa misi secara sepenuhnya berbeda dengan dahulu ketika masih menggunakan kertas (media cetak). Kenyataan kemelut informasi masa kini jauh lebih mengerikan ketimbang yang dibayangkan George Orwell di dalam mahakarya distopia 1984.

Jika sekarang ada yang mau menghancurkan negara dan masyarakat, memang jalan terbaik adalah melalui media sosial. Di masa kini isu media di media sosial memaksa media mainstream untuk mengikutinya, meski kerapkali itu hanya penyesatan dan pengalihan isu belaka.

Baca juga: Minta Pilpres 2024 Tak Diwarnai Perpecahan, Gerindra: Buzzer Jangan Jelekkan Orang Lain

Teman saya berkisah tentang sebuah aplikasi yang bisa disewa dengan harga Rp 200 juta per bulan. Dengan berbekal aplikasi fantastis tersebut, konon, sang pengguna dapat mengetahui isu apapun yang sedang menjadi perhatian media dalam setiap detiknya di mana para wartawan terpaksa mengikuti alogritma di medsos ini.

Itu berarti, semesta media masa kini benar-benar terpaksa basah-kuyup dengan media sosial.

Segenap gejala gonjang-ganjing yang terjadi pada kenyataan semesta jurnalisme masa kini pada hakikatnya membenarkan hasil penelitian Prof John Perlof. Perlof  menyatakan bahwa dengan beralihnya media ke sistem baru yang meninggalkan era konvensional maka media bukan semakin mandiri. Media malah semakin mudah diintervensi untuk direkayasa oleh mereka yang menguasai informasi dan dana sehingga bisa menjadi maha tahu seolah setara dengan Yang Maha Tahu.

Besar harapan saya, segenap kekhawatiran saya terhadap distopia gonjang-ganjing semesta media kontemporer sekedar ungkapan paranodial berlebihan seorang awam media yang bergaya much ado about nothing. Jadi, saya tetap berharap hal itu mustahil menjadi kenyataan pada kenyataan semesta media masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com