Berdasarkan hasil foto udara, tampak dua area panas pada bagian tengah dan bawah kubah diduga sebagai sumber guguran dan awan panas guguran di sisi barat daya.
Sementara bagian selatan dari kubah barat daya yang mengarah ke Sungai Boyong, juga terlihat masih aktif.
Berbeda dengan kubah lava barat daya, suhu pada kubah lava tengah kawah tak jauh berbeda dengan batuan di sekitarnya.
Namun, masih terdapat titik panas di tepi timur kubah lava tengah kawah dengan suhu sebesar 114 derajat Celsius.
Hasil pemetaan suhu tersebut, menurut BPPTKG, menunjukkan bahwa dua kubah lava Gunung Merapi masih aktif.
"Suplai magma baik dari dalam maupun dangkal masih berlangsung, yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya," lanjut BPPTKG.
Baca juga: Apakah Merapi Bakal Erupsi Sebesar 2010?
Berdasarkan pengamatan pada Jumat (24/3/2023) pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Merapi masih menunjukkan aktivitas vulkanik berupa guguran lava dan awan panas.
BPPTKG mencatat, asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis, setinggi 50-100 meter di atas puncak kawah.
Selain itu, teramati pula guguran lava pijar sebanyak 12 kali dengan jarak luncur maksimum 1700 ke arah barat atau Kali Gebeng.
Masih berpotensi bahaya, guguran lava dan awan panas Gunung Merapi, antara lain menuju:
Sektor selatan-barat daya, meliputi:
Sektor tenggara, meliputi:
Bukan hanya itu, potensi bahaya juga meliputi lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif yang dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
BPPTKG mengimbau, agar masyarakat tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah dengan potensi bahaya di atas.
Masyarakat juga diminta untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi.
Serta, mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar wilayah Gunung Merapi.
"Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," kata BPPTKG.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.