Skvarla dan rekan-rekannya kemudian melakukan penelitian lebih lanjut terhadap serangga tersebut melalui DNA-nya.
Serangga itu lalu diumumkan bukan merupakan serangga yang hidup pada era sekarang melalui siaran pers dari Penn State University.
Selanjutnya, dikutip dari foxweather.com, identifikasi baru diberikan pada serangga tersebut oleh Skvarla melalui sayap renda raksasanya, sebagai spesies yang dapat ditemukan pada era Jurassic.
Spesies itu memiliki rentang sayap sekitar 3 cm. Ukuran itu jauh lebih besar daripada serangga konvensional saat ini.
Serangga itu kini menjadi bagian dari koleksi di Museum Entomologi Frost di Penn State University, AS.
Para ahli memiliki hipotesis bahwa hilangnya serangga itu bisa dikaitkan dengan peningkatan polusi cahaya atau kebakaran hutan di Amerika Utara bagian timur.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Fosil Paus Berkaki Empat Berusia 43 Juta Tahun di Mesir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.