Lambat laun, produksi rokok kretek Nitisemito terus berkembang, tidak hanya di Kudus,Jawa Tengah, namun juga ke penjuru Hindia Belanda. Antara 1930-1934, produksi kretek Bal Tiga mencapai 2-3 juta batang per hari.
Lonjakan tajam terjadi pada 1938 ketika pabriknya mampu membuat 10 juta batang per hari dengan buruh sekitar 10.000 orang.
Rokok Nitisemito dipasarkan tidak hanya di Jawa, namun hingga Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, bahkan ke negeri Belanda.
Untuk mempromosikan produknya, Nitisemito menyebar brosur rokoknya melalui pesawat Fokker F-200, radio RVK yang dimilikinya, turnamen sepak bola, hingga sandiwara keliling.
Lihat postingan ini di Instagram
Termasuk juga dengan membagi-bagikan hadiah mulai dari gelas, cangkir, arloji, jam tembok, dan sepeda, dengan diberi logo Tjap Bal Tiga dan nama Nitisemito.
Begitu terkenalnya nama M Nitisemito hingga Sri Susuhunan Paku Buwono X mengunjungi pabriknya pada tahun 1938, dikutip dari Harian Kompas, 1 Januari 2000.
Bung Karno dalam pidato "Lahirnya Pancasila" pada 1 Juni 1945 juga menyebut namanya.
"Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua... bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia. Semua buat semua!," kata Sukarno, dikutip dari Historia.
Berkat keberhasilan Nitisemito, banyak orang Kudus mengikuti jejaknya. Puluhan pabrik rokok kretek baru pun bermunculan.
mungkin kalo hari ini ngga ikut jalan-jalan di daerah kudus kulon, kayaknya ga bakal bisa mampir ke rumah tersebut dan masuk ke rumahnya eyang nitisemito. seru banget! pic.twitter.com/BHlSYvCOhB
— chanif (@chanif_gaga) August 14, 2022
Nitisemito sebenarnya telah menyiapkan salah seorang pegawai berbakatnya bernama M Karmani untuk dinikahkan dengan putrinya yang kedua.
Nitisemito sangat mendorong pilihannya ini, sehingga pada bungkus Bola Tiga tertera nama Nitisemito-Karmani.
Namun pilihan penerus Nitisemito inilah yang kemudian menuai konflik internal keluarga.
Berdasarkan versi Firman Lesmana, cucu Nitisemito, ada fitnah yang dilontarkan dari dalam sehingga Karmani diajukan ke pengadilan dengan tuduhan menggelapkan pajak.
Tuduhan tidak terbukti dan M Karmani dibebaskan. Namun, peristiwa itu menyebabkan Karmani sakit dan meninggal dunia.
Dengan demikian hilang calon penerus Bola Tiga, padahal waktu itu Nitisemito sudah setengah mundur dari kegiatan usahanya.
Ketika Jepang menjajah dan menduduki Hindia Belanda, pabrik Nitisemito disita.
Pada 1944-1945, pemerintah pendudukan Jepang menyuruh Nitisemito membuka kembali pabriknya, tetapi tutup kembali.
Nitisemito membuka lagi pabriknya pada 1947, tetapi tutup lagi. Hingga akhirnya, ia meninggal meninggal dunia pada 1953.
Baru pada 1962, putra-putranya mencoba menghidupkan pabrik kembali, tetapi umurnya tak bertahan lama. Sesudah itu pabrik rokok Nitisemito tidak pernah bangkit lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.