"Ini juga menunjukkan bahwa kafein dari sumber apa pun dapat berbahaya bagi individu yang memiliki varian genetik ini (CYP1A2)," kata Mahdavi.
"Mereka yang mengonsumsi kopi tanpa kafein tidak akan memiliki risiko disfungsi ginjal yang lebih tinggi, terlepas dari genetika mereka," sambungnya.
Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian lain yang dilakukan lebih dulu.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kopi meningkatkan kesehatan, termasuk kesehatan ginjal.
Laporan beberapa penelitian juga menyebut tidak hubungan antara asupan kafein dengan perkembangan penyakit ginjal kronis.
Baca juga: Benarkah Minum Kopi Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan?
Menurut penyelidik senior studi tersebut dari Universitas Toronto, Ahmed El-Sohemy, enzim CYP1A2 memetabolisme senyawa tertentu seperti kafein, beberapa obat, dan beberapa zat makanan.
"Meskipun enzim mendetoksifikasi kafein, itu sebenarnya dapat mengaktifkan beberapa pro-karsinogen yang ditemukan di permukaan daging panggang," katanya.
Ada pedoman umum mengenai jumlah relatif kafein yang dapat ditemukan dalam berbagai minuman berkafein seperti kopi, espreso, dan teh.
Namun, ada sejumlah faktor mengejutkan yang menentukan kandungan kafein cangkir tertentu.
Ini termasuk spesies biji, waktu penyeduhan, suhu air, tekanan, tingkat pemanggangan dan penggilingan, jenis air, dan keseimbangan kopi/air.
Temuan penelitian baru dari Mahdavi dan rekan-rekannya diharapkan akan mendorong pemeriksaan ulang pedoman saat ini yang menyetujui hingga 400 miligram, atau empat hingga lima cangkir per hari.
Baca juga: Suka Minum Kopi? Kenali Dulu Kandungan di Dalamnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.