Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Penyebab Keterlibatan dan Intervensi Militer dalam Politik Indonesia

Kompas.com - 06/12/2022, 14:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam buku Ini Bukan Kudeta: Reformasi Militer Indonesia, Mesir, Thailand, dan Korea Selatan, Salim Haji Said juga menambahkan bahwa keterlibatan politik militer di Indonesia lebih disebabkan kepada adanya masyarakat yang terpecah-pecah (fragmented society). Salim berpendapat bahwa masyarakat yang fragmented adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai kelompok dan golongan, yang justru gagal percaya satu sama lain dan tidak menemukan kesepakatan dalam hal mengelola permasalahan negara.

Bagaimana dengan pengalaman Indonesia?

Bila kita elaborasikan berbagai pendapat para ahli tersebut dengan fenomena politik di Tanah Air, maka ditemukan bahwa justru masyarakat Indonesia sendirilah yang membuka celah bagi militer untuk masuk dalam ranah politik dalam negeri, sekaligus menggolongkannya dalam masyarakat pretorian.

Pada masa demokrasi parlementer tahun 1950-an, rata-rata usia kabinet hanya berjalan selama delapan bulan, dan mengakibatkan tidak berjalannya berbagai program pemerintahan. Berbagai konflik di segala penjuru Indonesia juga melemahkan legitimasi kepemimpinan sipil negara saat itu, sehingga mulai muncul gagasan dari AH Nasution untuk memberdayakan tentara di luar tugas-tugas bidang pertahanan.

Gagasan itu juga mendapat legitimasi dari Soekarno, dengan memasukkan TNI dalam kelompok Angkatan Karya di dalam tubuh Golongan Karya. Lemahnya dominasi sipil justru diperparah dengan peristiwa gagalnya kudeta G30S PKI.

Kondisi pemerintahan sipil yang kacau balau pasca kudeta membuat TNI bertahan sebagai satu-satunya kekuatan politik yang dominan. Hal inilah yang menjadi cikal bakal berjalannya pemerintahan orde baru di bawah kepemimpinan militer menjadi langgeng hingga 32 tahun lamanya.

Maka dari itu, kunci utama untuk mencegah kembalinya dominasi politik militer di masa depan ada pada supremasi sipil. Dua tahun pasca-reformasi, kewenangan legal militer di bidang politik akhirnya ditanggalkan. Langkah ini sebenarnya disadari oleh para petinggi TNI di waktu itu bahwa sejatinya konsep dwifungsi hanyalah alat bagi pelanggengan kekuasaan orde baru.

Reformasi merupakan sebuah proses untuk mengembalikan legitimasi kekuatan rakyat sipil dalam pemerintahan. Reformasi juga berhasil menyatukan berbagai golongan masyarakat yang sebelumnya fragmented, menjadi senasib sepenanggungan.

Di Indonesia, reformasi merupakan momentum kembalinya supremasi sipil tersebut, serta menjadi titik tolak kembalinya TNI menjadi tentara professional. Perlu diingat bahwa ujung tombak dari supremasi sipil adalah masyarakat itu sendiri.

Walau hingga saat ini TNI merupakan institusi yang paling mendapat kepercayaan oleh masyarakat, agaknya masyarakat harus sadar betul bahwa kepercayaan politik yang lebih dominan tetap harus berada di kalangan sipil.

Dengan memberikan kepercayaan yang dominan kepada kepemimpinan politik sipil, masyarakat secara tidak langsung memberikan jalan bagi TNI dan eksponennya untuk tetap profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pelindung kedaulatan negara, sekaligus tidak menggugah ambisi personel militer aktif untuk engage dalam politik kekuasaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com