Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video Marshanda Buat Batik dengan Pola Brainwave, Apa Itu?

Kompas.com - 10/10/2022, 18:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Deteksi gelombang otak

Dikutip dari Brain Works, gelombang otak dideteksi menggunakan sensor yang ditempatkan di kulit kepala.

Gelombang otak bisa berubah sesuai dengan apa yang kita lakukan dan rasakan.

Ketika gelombang otak yang lebih lambat dominan, seseorang bisa merasa lelah, lamban, atau melamun.

Frekuensi yang lebih tinggi dominan ketika kita merasa terhubung, atau sangat waspada.

Baca juga: Tumor Otak: Pengertian, Gejala, Diagnosis, hingga Penyembuhannya

Arti gelombang otak

Bentuk gelombang otak dan pengalaman sehari-hari yang Anda rasakan tidak dapat dipisahkan.

Ketika gelombang otak kita tidak seimbang, akan ada masalah terkait dalam kesehatan emosional atau neuro-fisik.

Hal itu bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan kecemasan, masalah tidur, mimpi buruk, kewaspadaan berlebihan, perilaku impulsif, kemarahan/agresi, depresi gelisah, hingga nyeri saraf kronis.

Baca juga: Hari Otak Sedunia 22 Juli, Ini Sejarah dan Tema Peringatannya

Apakah gelombang otak bisa diubah?

Secara umum, setiap proses yang mengubah persepsi Anda bisa mengubah gelombang otak Anda.

Intervensi kimia seperti obat-obatan atau obat-obatan rekreasional adalah metode yang paling umum untuk mengubah fungsi otak.

Namun, metode lain yang bisa digunakan adalah terapi gelombang otak.

Cara lain bisa dilakukan dengan melakukan metode tradisional timur, seperti meditasi dan yoga.

Kedua olah raga itu dapat melatih gelombang otak Anda menjadi seimbang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Kemenhan Buka 25.258 Formasi CASN 2024 untuk PPPK dan CPNS, Ini Rinciannya

Kemenhan Buka 25.258 Formasi CASN 2024 untuk PPPK dan CPNS, Ini Rinciannya

Tren
Fitur, Manfaat, dan Cara Penggunaan Aplikasi Kawal Haji Kementerian Agama

Fitur, Manfaat, dan Cara Penggunaan Aplikasi Kawal Haji Kementerian Agama

Tren
Mengenal Program Pesiar BPJS Kesehatan, Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Mengenal Program Pesiar BPJS Kesehatan, Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Tren
Jubir KPK Ali Fikri Mendadak Diganti Tessa Mahardika, gara-gara Kritik Pimpinan?

Jubir KPK Ali Fikri Mendadak Diganti Tessa Mahardika, gara-gara Kritik Pimpinan?

Tren
Cara Mencetak KK secara Online, Tak Perlu ke Kantor Dukcapil

Cara Mencetak KK secara Online, Tak Perlu ke Kantor Dukcapil

Tren
Alasan Anjing Peliharaan Melakukan Gerakan Memutar Sebelum Berbaring

Alasan Anjing Peliharaan Melakukan Gerakan Memutar Sebelum Berbaring

Tren
Jangan Salah Beli, Ini Ciri-ciri Hewan Kurban yang Sehat

Jangan Salah Beli, Ini Ciri-ciri Hewan Kurban yang Sehat

Tren
Dulu Dilarang, Kenapa MK Hapus Pasal yang Melarang Dinasti Politik?

Dulu Dilarang, Kenapa MK Hapus Pasal yang Melarang Dinasti Politik?

Tren
Perjalanan Kasus Kematian Akseyna UI: 9 Tahun Tak Terungkap, Polisi Akui Kesulitan

Perjalanan Kasus Kematian Akseyna UI: 9 Tahun Tak Terungkap, Polisi Akui Kesulitan

Tren
Gerindra Dukung Khofifah-Emil Dardak pada Pilgub Jatim 2024, Bagaimana dengan PDI-P?

Gerindra Dukung Khofifah-Emil Dardak pada Pilgub Jatim 2024, Bagaimana dengan PDI-P?

Tren
7 Gejala Chikungunya yang Perlu Diwaspadai, Termasuk Demam dan Nyeri Sendi

7 Gejala Chikungunya yang Perlu Diwaspadai, Termasuk Demam dan Nyeri Sendi

Tren
4 Suplemen yang Dapat Membahayakan Jantung, Salah Satunya Ekstrak Bawang Putih

4 Suplemen yang Dapat Membahayakan Jantung, Salah Satunya Ekstrak Bawang Putih

Tren
Banyak Aturan Ditunda Usai Tuai Penolakan, Pemerintah Dinilai Sembrono dalam Membuat Kebijakan

Banyak Aturan Ditunda Usai Tuai Penolakan, Pemerintah Dinilai Sembrono dalam Membuat Kebijakan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com