Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Peristiwa G30S yang Melibatkan PKI dan Pasukan Cakrabirawa

Kompas.com - Diperbarui 27/09/2022, 01:43 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Operasi penculikan jenderal

Setelah memastikan kesiapan Lubang Buaya, Untung bersama bawahannya Kolonel (Inf) Latief bergerak ke Gedung Biro Perusahaan Negara Aerial Survey (Penas) di Jalan Jakarta By Pass (kini Jalan Jend. A Yani), Jakarta Timur.

Gedung Penas itu sebelumnya telah disiapkan untuk memantau jalannya operasi penangkapan para jenderal.

Operasi penangkapan para jenderal yang dipimping Letkol Untung itu direncanakan secara serampangan.

Jumlah pasukan yang datang kurang dari 100 personel. Angka ini jauh dari yang diharapkan untuk memantik revolusi.

Akibatnya, operasi yang awalnya hanya bertujuan untuk menangkap para jenderal berubah menjadi pembunuhan. 

Selanjutnya pada dini hari 1 Oktober 1965, seluruh pasukan G30S kembali ke Lubang Buaya. Saat itu, para prajurit menurunkan empat orang korban penculikan yang terikat dan ditutup matanya serta tiga mayat.

Hal ini membuat Wakil Komandan Satgas Pringgodani Mayor (Udara) Gatot Soekrisno kebingungan.

Sebab dia mengira para jenderal itu seharusnya dihadapkan kepada Soekarno. Kondisi itu tentu saja keluar dari skenario awal.

Baca juga: 5 Fakta Film G30S/PKI, dari Film Wajib Era Soeharto hingga Pecahkan Rekor Penonton

Tangkapan layar Harian Kompas 6 Oktober soal Peristiwa G30SHarian Kompas Tangkapan layar Harian Kompas 6 Oktober soal Peristiwa G30S

Menguasai RRI

Rentetan peristiwa itu kemudian berlanjut dengan pendudukan kantor berita Radio Republik Indonesia (RRI) oleh Gerakan 30 September.

Satu hal yang cukup mengherankan adalah adanya siaran Gerakan 30 September melalui studio RRI.

Mereka yang terlibat dilaporkan merupakan mengenakan baret dan sapu tangan hijau di sekeliling leher.

Selanjutnya, mereka melakukan siaran gelap dan menyatakan membentuk Dewan Revolusi Indonesia. Kabinet Dwikora yang dibentuk Bung Karno juga dinyatakan demisioner oleh mereka.

Dalam siaran itu, mereka juga mengumumkan penangkapan sekelompok orang yang disebut Dewan Jenderal.

Alasan penangkapan itu adalah untuk menyelamatkan Republik Indonesia dari tindakan Dewan Jenderal.

Mereka menyebut, Dewan Jenderal adalah gerakan subversif dan disponsori oleh CIA dan bermaksud menggulingkan pemerintahan Soekarno.

Pendudukan RRI itu berlangsung hingga pukul 19.00 lantaran pasukan RPKAD kemudian mengambil alih RRI.

Baca juga: Peristiwa G30S, Mengapa Soeharto Tidak Diculik dan Dibunuh PKI?

Jenderal Soeharto ditugaskan memulihkan keamanan

Setelah RRI diambil alih RPKAD pada 1 Oktober 2021 pukul 21.00, RRI Jakarta mengumumkan lagi suara resmi Pemerintahan RI.

Saat itu, Ibu Kota sepenuhnya berada di tangan ABRI dan orang-orang dalam kelompok G30S menjadi buronan.

Hari-hari berikutnya, pada 2 Oktober 1965, Presiden Soekarno mengumumkan melalui RRI bahwa dirinya tetap memegang tampuk kepemimpinan negara, pemerintahan, dan revolusi.

Pimpinan Angkatan Darat kemudian secara langsung dipegang oleh Presiden dan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari sementara ditunjuk Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro Asisten III Men/Pangad.

Sementara Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto ditugaskan untuk melakukan pemulihan keamanan dan ketertiban terkait dengan peristiwa 30 September.

Pada 3 Oktober 1965, amanat Presiden berisi bahwa tuduhan terhadap Angkatan Udara RI seakan-akan tersangkut dalam peristiwa G30S adalah tidak benar.

Baca juga: Melihat Museum Dharma Bhakti Kostrad, Tempat Patung Penumpas G30/S PKI yang Dibongkar

Salah satu adegan dalam film G30S/PKI. Bidik layar Youtube Salah satu adegan dalam film G30S/PKI.

Perwira korban G30S

Dalam peristiwa tersebut, 6 jenderal serta satu perwira TNI Angkatan Darat menjadi korban. Mereka dibunuh lalu dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur.

Ketujuh korban G30S antara lain:

  1. Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani
  2. Mayor Jenderal Raden Soeprapto
  3. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono
  4. Mayor Jenderal Siswondo Parman
  5. Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan
  6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo
  7. Lettu Pierre Andreas Tendean.

Dikutip dari Harian Kompas, 5 Oktober 1965, jenazah ketujuh perwira tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, bertepatan dengan HUT ke-20 ABRI.

Sebenarnya masih ada 3 orang lainnya yang juga turut dibunuh pada rentetan peristiwa G30S itu. Ketiganya adalah Aipda K.S. Tubun, Brigjen Katamso, dan Kolonel Sugiono.

Namun, jasad mereka tidak ikut dibuang dalam sumur yang sama dengan ketujuh jasad perwira TNI.

Semuanya korban G30S/PKI itu dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Revolusi untuk menghormati jasa dan pengorbanannya.

(Sumber: Kompas.com/Ahmad Naufal Dzulfaroh, Nur Fitriatus Shalihah, Luthfia Ayu Azanella, Lukman Hadi Subroto, | Editor: Jihad Akbar, Nibras Nada Nailufar, Sari Hardiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com