Di sisi lain, tambah Stefany, terjadinya perselingkuhan tidak ada hubungannya dengan sempurna atau tidaknya pasangan.
Sebab, kata dia, pada kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna.
"Secara realistis, memang akan ada saja hal yang kurang dari pasangan," ungkap Stefany.
Oleh karena itu, menurutnya, perselingkuhan bukan soal mencari sosok yang sempurna atau lebih sempurna dari pasangan.
Melainkan, berkaitan dengan komitmen dengan pasangan saat ini.
"Bukan soal mencari sosok yang sempurna, tapi bagaimana seseorang mau menjaga komitmen dengan pasangan yang sudah ia pilih," tutur dia.
Baca juga: Punya Pasangan Cantik, Mengapa Ada Pria yang Tetap Selingkuh?
Senada, Psikolog dari Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Christin Wibhowo memaparkan, perselingkuhan dalam rumah tangga terjadi karena banyak hal.
"Ada empat 'al' yang tidak dipenuhi," ungkap Christin saat dihubungi Kompas.com, Rabu (21/9/2022).
Christin mengibaratkan empat 'al' tersebut sebagai tiang pernikahan, yang mana jika satu saja goyang, maka yang lain ikut goyah.
Pertama, tidak adanya kesamaan spiritual. Ia menjelaskan, spiritual tak mesti berkaitan dengan agama, meski bisa juga berhubungan dengan agama.
Menurut dia, saat dua orang memiliki konsep kehidupan pernikahan yang berbeda, akan membuat mereka tidak puas.
Imbasnya, mereka mencari orang lain yang memiliki konsep selaras.
Baca juga: Pasangan yang Posesif Memiliki Potensi Selingkuh Paling Tinggi!
Kedua, perbedaan finansial, termasuk gaya hidup.
Christin mencontohkan, seseorang yang lebih senang makan di bintang lima akan kesulitan berpasangan dengan orang yang senang makan di kaki lima.
"Ini nantinya akan menjadi masalah. Itu membuat tidak puas dalam pernikahan ini sehingga mencari orang lain yang gaya hidupnya sama," tuturnya.