Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Wanita Bisa Mengendus Parkinson, Apakah Penyakit Bisa Mengeluarkan Bau?

Kompas.com - 10/09/2022, 08:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Sebab, bau atau aroma yang menguar dari tubuh orang sakit biasanya berbeda dengan aroma saat tubuh sehat atau normal.

Masih dari National Geographic, tubuh sebenarnya terus-menerus mengeluarkan zat yang mudah menguap ke udara.

Zat tersebut terbawa dalam napas manusia atau keluar melalui setiap pori dalam kulit.

Mikroba yang hidup di usus dan kulit juga turut berkontribusi pada aroma khas tubuh seseorang. Pasalnya, mereka akan memecah produk metabolisme menjadi zat yang lebih bau.

Sehingga pada dasarnya, manusia merupakan "pabrik" aroma berjalan. Jika mulai diperhatikan, kemungkinan bau dapat menjadi petunjuk adanya kondisi tidak beres dalam tubuh.

Baca juga: Cara Menghilangkan Bau Ketiak agar Bisa Tampil Percaya Diri

Di sisi lain, seperti dikutip Medical News Today, sebuah studi pernah meneliti hubungan bau dengan respons kekebalan tubuh.

Pertama, sampel bau badan diambil dari sekelompok partisipan sehat. Kemudian, para ilmuwan "memanggil" respons imun dengan menyuntikkan endotoksin kepada partisipan. Bau badan mereka pun sekali lagi diambil sampelnya, dan dinilai.

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hanya dalam waktu empat jam, orang yang terpapar endotoksin memiliki bau badan yang lebih tidak enak.

Oleh karena itu, orang sakit akan memiliki bau lebih buruk, dan semakin sakit seseorang, semakin buruk pula bau yang keluar.

Perlu juga dicatat, orang sakit bukannya berkeringat lebih banyak. Melainkan, hanya memiliki bau yang berbeda dan lebih kuat dari biasanya.

Baca juga: Bau Keringat Lebih Menyengat? Hati-hati, Bisa Jadi Anda Mengidap Ini...

Beberapa penyakit mengeluarkan bau atau aroma khas yang bisa tercium hidung.FREEPICK.COM/8PHOTO Beberapa penyakit mengeluarkan bau atau aroma khas yang bisa tercium hidung.

Macam-macam bau penyakit

Masih dari Medical News Today, jauh sebelum deteksi parkinson oleh Joy Milne, ilmu kedokteran telah menghubungkan penyakit tertentu dengan bau atau aroma tertentu.

Misalnya, seperti yang tercantum dalam sebuah teks berbahasa Sansekerta, Sushruta Samhita, menyebutkan:

"Indra penciuman kita dapat mengenali keringat khas banyak penyakit, yang memiliki pengaruh penting pada identifikasi mereka (penyakit)."

Namun, selama beberapa tahun terakhir, para dokter telah beralih dari metode mengendus pasien dan mencicipi urine, ke metode diagnosis yang lebih dapat diterima.

Kendati begitu, beberapa penyakit masih dianggap memiliki bau khas, seperti dalam deskripsi makalah yang terbit pada 1998 berikut:

  • Tuberkulosis kelenjar getah bening (scrofula) memiliki aroma seperti bir basi
  • Tipes memiliki aroma seperti roti panggang
  • Demam kuning (yellow fever) beraroma seperti toko daging
  • Difteri (infeksi pada hidung dan tenggorokan) memiliki aroma manis
  • Ketoasidosis diabetik (komplikasi diabetes melitus) beraroma mirip buah apel yang membusuk
  • Hyperaminoacidemia (kondisi kelebihan asam amino dalam darah) beraroma seperti biji malt atau hop kering
  • Ketidakmampuan untuk memetabolisme metionin, memiliki aroma seperti kubis rebus.

Baca juga: Sering Sakit Perut? Waspadai 9 Tanda Sakit Perut yang Tak Normal Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com