Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Hujan Tak Lagi Aman Diminum, Mengandung "Zat Kimia Berbahaya"

Kompas.com - 20/08/2022, 13:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebuah penelitian terbaru memperingatkan, air hujan tak lagi aman untuk diminum.

Hal itu karena air hujan di selurh dunia dinilai mengandung zat yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker, kesuburan, infertilitas, komplikasi kehamilan, masalah sistem kekebalan, serta peningkatan kolesterol.

Penelitian tersebut mengaitkan keberadaan zat kimia yang sering disebut dengan forever chemicals atau zat kimia abadi yang ditemukan ada pada air hujan di berbagai tempat di dunia.

Penelitian ini sedikit antimainstream, karena penelitian menyoroti kandungan zat kimia abadi di saat belakangan penelitian lain lebih berfokus pada kandungan mikroplastik yang terkandung dalam air hujan yang jatuh.

Baca juga: Tim UAD Teliti Air Hujan di Yogya yang Sudah Tercemar Mikroplastik

zat kimia abadi dalam air hujan

Dikutip dari laman USAToday, studi mengenai zat kimia abadi pada air hujan ini merupakan penelitian yang terbit 2 Agustus 2022 dalam jurnal peer-review Environmental Science & Technology.

Para peneliti asal Eropa tersebut menyoroti adanya zat per and polyfluoroalkyl substances atau PFAS yang terkandung dalam air hujan.

PFAS merupakan jenis bahan kimia buatan manusia yang dipakai dalam banyak produk seperti kemasan makanan, pakaian tahan air, dan sebagainya.

PFAS ini bisa ditemukan di banyak tempat termasuk menyebar di atmosfer dan bisa ditemukan di setiap sudut bumi. Hal ini juga termasuk ditemukan dalam air hujan, salju hingga darah manusia.

PFAS disebut sebagai zat kimia abadi karena bisa bertahan hingga ribuan tahun.

Padahal, zat ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker, kesuburan, infertilitas, komplikasi kehamilan, masalah sistem kekebalan, serta peningkatan kolesterol.

Baca juga: Benarkah Air Hujan Membuat Kita Sakit?

 

Kandungan zat kimia abadi dalam air hujan

Ilustrasi hujan di musim kemarauJu_see/Shutterstock Ilustrasi hujan di musim kemarau

Dikutip dari Sciencealert, para peneliti khawatir bahwa kandungan zat kimia abadi dalam air hujan saat ini melebihi batas aman yang telah ditetapkan.

Dari analisis yang dilakukan peneliti secara global memperlihatkan tingkat PFAS dalam air hujan banyak yang melebihi ketetapan saran Badan Perlinungan Lingkungan AS (EPA).

Selain itu, batas tersebut juga melebihi pedoman yang dimiliki oleh Denmark sebagai negara yang memiliki aturan PFAS lebih ketat setelah AS.

Kontaminasi ditemukan di Tibet

Kontaminasi PFAS ini bahkan ditemukan di daerah terpencil seperti Dataran Tinggi Tibet, yang menurut peneliti melebihi pedoman EPA sebanyak 14 kali lipat.

"Berdasarkan pedoman AS terbaru untuk PFOA dalam air minum, air hujan di mana-mana akan dinilai tidak aman untuk diminum," kata Ahli Kimia Lingkungan Ian Cousins dari Universitas Stockholm di Swedia sebagaimana dikutip dari Sciencealert.

PFOA adalah varian dari PFAS yang juga berpotensi menyebabkan kanker.

Peneliti mengkhawatirkan keberadaan PFAS karena air hujan seringkali dipakai sebagai pemasok air minum di banyak tempat.

Seperti di Swedia, yang mengungkap keberadaan PFAS melebihi batas ini juga terkandung di hampir setengah sumber air minum kota.

Baca juga: Benarkah Tanaman Lebih Subur jika Disirami dengan Air Hujan ketimbang Air Biasa?

Air hujan masuk ke dalam tanah

Di sisi lain, PFAS dalam air hujan juga masuk ke dalam tanah mengkontaminasi tanah hingga ditemukan kontaminasi yang melebihi batas di Eropa.

Bahkan pelaku industri Belanda juga kesulitan memenuhi standar PFAS akibat menjadi mudahnya kontaminasi ditemukan.

Belanda pada akhirnya memilih melonggarkan pedomannya terkait ini.

Sementara di AS pedoman PFAS tetap diperketat karena kekhawatiran ilmuwan terhadap dampaknya bagi kesehatan di masa depan.

Karena banyaknya zat kimia abadi yang ditemukan pada banyak sampel air hujan di dunia,  peneliti menekankan perlunya upaya mendesak seperi investasi besar pada teknologi yang mampu membersihkan dengan cepat PFA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Tak Banyak yang Tahu Vitamin U, Apa Manfaatnya bagi Tubuh?

Tak Banyak yang Tahu Vitamin U, Apa Manfaatnya bagi Tubuh?

Tren
PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak

PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak

Tren
Minum Apa Biar Tekanan Darah Tinggi Turun? Berikut 5 Daftarnya

Minum Apa Biar Tekanan Darah Tinggi Turun? Berikut 5 Daftarnya

Tren
Bagaimana Cara Menurunkan Berat Badan dengan Minum Kopi? Simak 4 Tips Berikut

Bagaimana Cara Menurunkan Berat Badan dengan Minum Kopi? Simak 4 Tips Berikut

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 9-10 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 9-10 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 8-9 Juni | Perjalanan Kasus Akseyna UI

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 8-9 Juni | Perjalanan Kasus Akseyna UI

Tren
23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com