Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/08/2022, 15:04 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Tim PKM-RE Program Studi Biologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta melakukan penelitian terhadap mikroplastik.

Adapun tim peneliti dari UAD tersebut menemukan mikroplastik pada air hujan yang jatuh di jalan raya di pusat kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat Yogyakarta yang masih banyak menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari.

Melansir laman UAD, Rabu (10/8/2022), tim peneliti UAD itu terdiri dari Safa Auli Zahra, Maydiana Ayu Andini, Almaida Khansa Gunawan, dan didampingi Inggita Utami, M.Sc.

Baca juga: UAD Kembangkan Maggot, Solusi Pengurai Sampah Bernilai Ekonomi

Berasal dari abrasi ban kendaraan

Menurut riset yang dilakukan tim peneliti tersebut, mikroplastik telah terdeteksi pada jalan raya di sepanjang garis imajiner atau sumbu khayal yang membentang dari Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, hingga Kabupaten Bantul.

Untuk kandungan mikroplastik tertinggi ditemukan pada sampel air hujan yang jatuh di kawasan Monumen Tugu Yogyakarta yaitu sebesar 393 partikel/L.

Disusul oleh sampel yang diamati pada jalan raya di depan Pasar Bantul yaitu 350 partikel/L, dan di Jalan Kaliurang kilometer 14 sekitar 322 partikel/L.

Ternyata, kandungan mikroplastik yang cukup mencengangkan itu berkorelasi salah satunya dengan padatnya kendaraan bermotor yang melintasi jalan raya di pusat kota dan kabupaten di Provinsi DIY.

Bahkan menurut riset yang dilakukan peneliti dari University of Hamburg, Jerman, sumber utama mikroplastik di atmosfer salah satunya berasal dari abrasi ban kendaraan bermotor.

Temuan tersebut ternyata sesuai dengan fakta karakteristik mikroplastik yang banyak ditemukan pada sampel air hujan di Yogyakarta.

Baca juga: Mahasiswa UAD Bagikan Tips Melawan Stres Berat di Semester Akhir

Sampel itu berbentuk fiber atau serat, berwarna hitam, dengan ukuran 101 hingga 500 mikrometer dengan jenis polimer polipropilena yang menjadi polimer sintetis untuk pembuatan ban kendaraan.

Limbah tekstil juga jadi penyebab

Tak hanya itu saja, sumber-sumber mikroplastik fiber di atmosfer dapat berasal dari limbah tekstil yang terhempas melalui udara.

Industri tekstil yang kini banyak menggunakan serat sintetis, dapat melepas partikel mikrofiber ke atmosfer bahkan terbang menuju ke kawasan dengan jarak puluhan hingga ratusan kilometer.

Selain itu, polimer sintetis fiber tersebut juga dapat ikut air hujan memenuhi sumber air tawar di area Yogyakarta.

Hasil riset tim peneliti laboratorium ekologi dan sistematika UAD, sudah membuktikan dominansi mikroplastik berbentuk fiber pada Sungai Progo yang melintasi Kabupaten Sleman, Bantul, hingga bermuara di Samudra Hindia.

Baca juga: Webinar UAD Beberkan Cara Bangun Bisnis di Era Digital

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com