Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Dirgahayu 77 Tahun Indonesia Merdeka

Kompas.com - 17/08/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DENGAN penuh rasa syukur, saya bergairah ikut mendirgahayu 77 tahun Indonesia Merdeka. Saya bersyukur tanpa henti bahwa saya dilahirkan di bumi Indonesia serta semoga juga diijinkan oleh Yang Maha Kuasa untuk nanti saya menutup mata di negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja ini.

Saya sudah mengunjungi lebih dari tujuh puluh negara di marcapada, namun mohon dimaafkan bahwa tanpa mengurangi rasa hormat kepada negara-negara lain di planet bumi ini saya tetap merasa yakin bahwa negara terindah di alam semesta ini adalah Indonesia.

Makin tua usia saya makin cengeng maka di usia senja menjelang ajal rasa terharu niscaya menyelinap masuk ke lubuk sanubari demi menggetar kalbu sukma saya sehingga sulit bagi saya menahan tetesan air mata mengalir di pipi saya sambil mencekik saluran pernapasan saya setiap kali saya ikut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya gubahan W.R. Supratman mau pun Indonesia Pusaka gubahan Ismail Marzuki.

Saya bersyukur sebab saya beruntung tergolong ke golongan masyarakat Indonesia yang mampu menikmati nikmatnya kenikmatan kemerdekaan Indonesia.

Namun sayang belum semua sesama warga Indonesia setelah 77 tahun Indonesia merdeka mampu menikmati nikmatnya kenikmatan kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Masyarakat adat dan rakyat miskin masih hidup dalam kecemasan akan jatuh sebagai korban penggusuran atas nama pembangunan infrastruktur.

Para orangtua masih dibebani biaya pendidikan untuk anak-anak mereka masing-masing dalam bentuk uang seragam, uang gedung, uang buku, uang wisata studi, uang wisuda, uang laptop dan uang lain-lainya yang sama sekali di luar jangkauan daya ekonomi kaum miskin.

Demi mampu membayar biaya pendidikan yang menurut UU 1945 adalah tanggung-jawab negara, kaum miskin terpaksa harus berhutang demi mampu melunaskan hutang demi mampu membayar biaya pendidikan anak-anak mereka yang menurut UUD 1945 sebenarnya merupakan tanggung-jawab negara.

Maka dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri memohon kepada para penguasa yang dapat berkuasa akibat dipilih oleh rakyat berkenan peduli terhadap amanat penderitaan rakyat yang belum bisa menikmati nikmatnya kenikmatan 77 tahun Indonesia merdeka.

Dengan penuh kerendahan hati saya memohon bukan bagi diri kepentingan diri saya sendiri tetapi murni demi kepentingan masyarakat adat dan rakyat miskin selaras makna luhur tersirat di dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab serta Keadilan Sosial Untuk Seluruh Indonesia.

Dirgahayu 77 tahun Indonesia Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com