Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Ahli Forensik soal Otak Brigadir J yang Berpindah ke Perut di Otopsi Kedua

Kompas.com - 04/08/2022, 07:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bocoran hasil otopsi kedua Brigadir J menjadi perbincangan warganet, terutama mengenai kondisi organ otaknya yang berpindah ke dalam perut.

Untuk menjawab kebingungan masyarakat, Kompas.com meminta penjelasan dari ahli forensik Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS), dr Novianto Adi Nugroho.

Novianto mengatakan bahwa proses pemindahan otak jenazah dari kepala ke perut tidak ada aturan khusus.

"Aturan khusus tidak ada, yang jelas adalah jenazah dikembalikan ke keluarga dalam keadaan baik setelah otopsi atau bedah mayat," ujar Novianto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/8/2022).

Lebih lanjut Novianto menjelaskan mengenai proses otopsi jenazah.

Menurut ia, pada sebuah otopsi, biasanya semua organ dalam akan diambil dan diperiksa secara teliti, mulai dari ginjal, jantung hingga otak.

Tindakan ini diperlukan guna mengetahui adakah kelainan pada organ-organ dalam tersebut.

Selepas organ diperiksa, akan ada penyesuaian peletakan kembali organ ke dalam tubuh, berdasarkan jenis organ dan kondisi tulang dan kerangka jenazah.

Baca juga: Ramai soal Otak Brigadir J Berada di Perut Saat Otopsi Kedua, Begini Penjelasan Dokter Forensik

Otak mudah membusuk dan mencair

"Organ otak dimasukkan ke dalam perut, pertama supaya memudahkan dan mempercepat rekonstruksi jenazah supaya dikembalikan ke keluarga dalam keadaan bagus," ujar Novianto.

Mengapa organ otak dimasukkan ke dalam perut, bisa jadi karena alasan kedua. Yaitu bahwa organ otak bersifat lebih mudah membusuk dan mudah mencair.

Jika dipaksa dimasukkan kembali ke dalam kepala, maka otak yang busuk bisa merembes dan keluar dari rongga kepala melalui bekas potongan tulang tengkorak.

"Jika begitu, hal tersebut menimbulkan kurang etis di hadapan keluarga," lanjut dia.

Seperti diketahui, jenazah Brigadir J sudah pernah diotopsi sebelumnya. Dalam proses otopsi pertama, organ otak bisa dikembalikan ke tengkorak, atau dimasukkan ke dalam perut jika tulang tengkorak sudah rusak atau patah.

Menurut Novianto, proses pembusukan otak pada jenazah berjalan lebih cepat dibanding organ dalam tubuh lainnya seperti ginjal dan jantung.

Ketika sudah masuk ke dalam proses pembusukan, otak akan mencair dan menjadi seperti bubur. Sehingga akan mudah merembes keluar dari lubang tulang tengkorak.

"Hal ini yang dihindari ketika organ otak dikembalikan ke rongga tengkorak, karena rongga tengkorak udah bekas dipotong dan cairan otak pembusukan tersebut bisa keluar dari bekas potongan itu," ujar Novianto.

Baca juga: Update Kasus Brigadir J: Kata Perpisahan pada Kekasih, Hasil Otopsi, dan Kasusnya Ditarik ke Bareskrim Polri

Otopsi kedua

Diketahui sebelumnya, bocoran informasi mengenai hasil otopsi kedua Brigadir J ini sempat meramaikan media sosial.

Perpindahan letak organ otak dalam proses otopsi kedua Brigadir J ini dinilai masyarakat sangat aneh.

"Pagi² baca berita hasil autopsi ulang kasus brigadir J. Itu luka tembak aja udah ditempat fatal, satu tembakan dikepala udah bikin nyawa melayang, lah ini luka tembak ada di dada dan bagian tubuh lain. Belum lagi mindahin otak ke perut. Asli brutal banget sih ini. Psyco abis," tulis akun Twitter ini.

"Iya.. itu gimana sih. Ngeri banget," tulis akun Twitter lainnya.

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (2/8/2022), Ketua tim dokter forensik, Ade Firmansyah Sugiharto mengatakan, hasil resmi otopsi kedua sendiri baru akan keluar dalam beberapa pekan setelah proses otopsi kedua berlangsung.

"Hasil otopsi baru keluar setelah 4-8 minggu," kata Firmansyah dalam konferensi pers di RSUD Sungai Bahar, Jambi, Rabu (27/7/2022).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com