SEMENTARA pagebluk Corona dan perang Rusia versus Ukraina belum kunjung mereda sehingga mulai memicu dampak krisis ekonomi terutama akibat kelangkaan pangan pada negara-negera berkembang, justru fenomena perilaku para pemimpin negara melengserkan diri sedang menggelombang secara global.
Misalnya, pengunduran diri Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa yang disusul pengunduran diri saudaranya, yaitu Presiden Sri Lanka Nandasena Gotabaya Rajapaksa sebagai jenderal yang berhasil menaklukkan pemberontak Tamil Tiger demi mengakhir Perang Saudara Sri Lanka, dipaksa mundur oleh rakyat Sri Lanka dengan merangsek masuk ke dalam istana kepresidenan yang super mewah.
Peristiwa dramatis tersebut mengingkatkan kita semua kepada peristiwa rakyat Indonesia merangsek masuk ke dalam Gedung DPR-MPR pada Mei 1998 atau rakyat Filipina merangsek masuk ke dalam Istana Malacanang pada Februari 1986.
Sebelum Perdana Menteri dan Presiden Sri Lanka, ternyata Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan meski sebagai mantan kapten tim hoki nasional legendaris yang semula begitu diidolakan rakyat Pakistan ternyata juga tidak terlalu hok-gi sebab terbukti akhirnya dilengserkan dari tahta kekuasaan tertinggi Pakistan secara tidak terlalu terhormat.
Ternyata gelombang pengunduran diri juga melanda kerajaan yang pernah menjajah Sri Lanka dan Pakistan, yaitu Inggris.
Sekembali dari pertemuan G-7 2022 yang kembali diselenggarakan di Schloss Elmau, Alpina Bavaria, Jerman, mendadak Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson memaklumatkan rencana pelengseran dirinya sendiri entah secara sukarela ikhlas dan legowo atau dipaksa oleh partai oposisi Inggris yang memang tersohor gemar melengserkan perdana menteri kerajaan mereka sendiri.
Di sisi lain Presiden Rusia, Vladimir Putin sangat mengharapkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenski lengser demi kesejahteraan Rusia serta negara-negara sekutunya.
Sementara Zelenskyy didukung NATO terutama Boris sangat mengharapkan Putin lengser demi kesejahteraan Ukraina dan negara-negara yang tergabung di NATO.
Namun tampaknya kedua pemimpin negara yang sedang sengit berseteru demi mati-matian mempertahankan kedaulatan masing-masing itu harus bersabar sebab baik Zelenskyy apalagi Putin tampaknya masih belum berkenan legowo melengserkan diri masing-masing akibat tampaknya masih nikmat menikmati nikmatnya duduk di atas tahta singgasana kekuasaan masing-masing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.