Meski berpusat di Mamuju, namun getaran akibat gempa juga dirasakan oleh masyarakat di kabupaten dan provinsi lain, seperti di Majene, Sulawesi Barat; Pinrang, Palopo, Pangkep, Sidrap, Makassar, Masamba, Sulawesi Selatan; dan Palu, Sulawesi Tengah.
Tak hanya itu, gempa bahkan turut dirasakan oleh masyarakat yang ada di Pulau Kalimantan, tepatnya oleh masyarakat di Paser dan Samarinda, Kalimantan Timur.
Daryono menegaskan gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Kesimpulan ini didapat dari hasil pemodelan yang dilakukan BMKG.
"Di samping mekanismenya geser, juga karena magnitudonya yang belum cukup kuat untuk menimbulkan deformasi yang dapat mengganggu kolom air laut," jelas Daryono.
Selain masuk dalam jenis gempa dangkal jika dilihat dari lokasi terjadinya, gempa Mamuju kali ini dikatakan Daryono termasuk dalam gempa tipe 2.
Ciri-ciri dari gempa tipe ini adalah memiliki gempa pembuka (foreshocks), diikuti gempa utama (mainshocks), dan dilanjutkan dengan gempa susulan (aftershocks).
"Gempa pembuka hari ini (8/6/2022) terjadi kemarin, Selasa 7 Juni 2022 pukul 16.21.41 WITA dengan magnitudo 2,8," jelas Daryono.
Hingga Rabu (8/6/2022) petang, BMKG berhasil memonitor adanya 2 gempa susuan, masing-masing M 2,7 pada pukul 14.18 Wita dan M 2,9 pada pukul 16.50 Wita.
"Gempa Mamuju ini memiliki karakteristik 'lack of aftershocks' atau miskin gempa susulan, semoga fenomena ini menjadi pertanda baik," ujar dia.
Tipe gempa kali ini sama dengan gempa M 5,9 yang juga terjadi di Mamuju pada Januari 2021, yakni sama-sama tipe 2 di mana terjadi gempa pembuka-gempa utama-dan gempa susulan.
Perbedaannya terletak pada mekanisme dan episenter gempa.
Jika gempa kali ini terjadi akibat sesar geser dan berlokasi di laut, sementara untuk gempa di awal 2021 terjadi akibat sesar naik dan lokasinya di daratan.
Baca juga: Gempa M 5,8 Guncang Mamuju Terasa hingga Palopo, Ahli Ungkap Penyebabnya