Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Futurismo: Metaverse, Aplikasinya dan Hybrid Life

Kompas.com - 03/06/2022, 09:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Para penulis skenario film-film fiksi ilmiah di Hollywood atau para game designer telah lebih dulu menghadirkannya di depan mata kita.

Lalu apakah Metaverse dianggap menjadi jembatan bagi migrasi realitas manusia ke dunia virtual.

Adakah sesuatu di ujung perjalanan Metaverse yang menjadi tujuan akhir itu sendiri? Tentu terlalu naif untuk mengatakan bahwa Metaverse adalah sebuah tujuan akhir. Seyogyanya ia hanyalah wahana. Saya punya penjelasannya soal itu.

Karena sering memberi pelatihan serta pendampingan pengembangan OSCI serta DESIGN THINKING (Stanford Hasso-Plattner), saya wajib melakukan update diri soal isu-isu teknologi terkini yang mulai masuk ke kehidupan keseharian manusia: ya di kantor, di rumah, di ruang publik, dalam berinteraksi serta dalam menjalankan aktivitas sosial-komersial.

Yang paling menarik perhatian saya sejak nyaris sepuluh tahun yang lalu adalah teknologi hologram dan Augmented Reality (AR).

Saat Facebook menginisisasi projek VR Glass Oculus tahun 2014 dengan mengakuisisi perusahaan pengembang Oculus VR Glass senilai 3 miliar dollar AS, jagat teknologi terhenyak.

Dana sebanyak itu ‘hanya’ untuk mengakuisisi perusahaan kacamata VR? Ada agenda apa?

Beberapa tahun berlalu sejak akuisisi itu Oculus VR Project tampak tak menghasilkan apapun, tak ada hingar bingar.

Tim Cook – CEO Apple malah mengatakan, masa depan teknologi bukan di VR, tapi AR (Augmented Reality), dan Apple memang diketahui fokus di area itu.

Oktober tahun lalu Mark Zuckerberg kembali menghebohkan jagat teknologi, kali ini dengan transformasi nama Facebook menjadi META (diklaim sebagai induknya Facebook Group), dan memperkenalkan secara resmi sebuah spesies baru yang bernama ‘Metaverse’.

Teknologi XR (gabungan VR, AR dan sentuhan Artificial Intelligence/ AI) dalam Metaverse benar-benar menarik gerbong perbincangan tak hanya di antara para technologist, tapi juga semua ilmuwan sosial ke dalam pro dan kontra.

Diskursusnya menjadi ‘is Metaverse the hero, or the villain?’

Kembali ke ketertarikan saya soal dua teknologi sekitar sepuluh tahun lalu, Hologram dan AR, saya mencoba menelusuri produk-produk terapannya dalam banyak bidang industri yang berbeda.

Dari nyaris semua industri yang telah dibidik teknologi AR, ada dua industri yang benar-benar memanfaatkannya dengan baik: pendidikan dan retail.

Silakan Anda browse through di kanal YouTube bagaimana toko pakaian, sepatu, perhiasan memakai teknologi AR untuk virtual fitting.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com