KOMPAS.com - Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Semarang mengungkapkan bahwa fenomena perigee diduga menjadi salah satu pemicu banjir rob di pesisir utara Jawa Tengah.
Wilayah pesisir utara yang dilaporkan mengalami banjir rob di antaranya Tegal, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kota Semarang, Demak, Pati, dan Rembang.
Lalu, apa itu fenomena perige, bagaimana proses terjadinya, dan apa saja dampaknya?
Baca juga: Rob Menggila di Pesisir Utara Jateng, BMKG Sebut Fenomena Perigee Jadi Penyebabnya
Perigee adalah kondisi di mana Bulan berada di titik terdekat dengan Bumi.
Koordinator Bidang Informasi Meteorologi Maritim BMKG, Andri Ramdhani menjelaskan, lintasan orbit Bulan pada Bumi tidaklah bulat, namun berbentuk elips.
Oleh karena itu, pada siklus perputarannya, ada saat bulan berada pada titik terdekat dengan bumi.
"Kondisi inilah yang disebut dengan perigee, fenomena ini dapat menyebabkan pasang maksimum," kata Andri.
Andri mengatakan, adanya fenomena perigee bisa berdampak pada meningkatnya pasang surut air laut.
"Jika dampak perigee ini disertai adanya gelombang tinggi, maka akan menyebabkan potensi banjir pesisir utamanya di Pantura yang memiliki daerah pantai dengan elevasi rendah," jelasnya.
Menurutnya, dampak adanya perige ini juga berpotensi meluasnya rob dengan ketinggian mencapai 0,5 meter hingga 1 meter. Tinggi rob pun bisa bervariasi.
Baca juga: Update, Ini Daerah yang Masih Tergenang Banjir Rob di Jawa Tengah
Terkait terjadinya banjir rob di sejumlah titik di Jawa Tengah, Andri mengatakan, penyebabnya tidak hanya karena fenomena perigee.
Namun menurutnya faktor lain yang menjadi penyebabnya yakni karena adanya kondisi gelombang tinggi dan pasang surut.
"Tidak hanya perigee, tetapi juga bersamaan dengan adanya kondisi gelombang dengan ketinggian 1,25 meter sampai 2,50 meter," ujar Andri.
"Banjir rob pesisir bisa diakibatkan oleh gelombang tinggi, pasang surut, dan perige," kata dia.
Untuk proses pembentukannya, masing-masing kondisi tentu berbeda.
Gelombang tinggi muncul dipicu karena angin, sedangkan pasang surut terjadi karena gaya gravitasi.
Baca juga: Analisis BRIN soal Banjir Rob Semarang, Benarkah karena Fenomena Astronomis?
Forecaster atau Prakirawan Meteorologi Maritim BMKG Jakarta, Yuli Kartiningsih mengatakan, berdasarkan analisis dan prediksi pasang surut yang dilakukan oleh Tim BMKG, kondisi banjir pesisir ini dapat berlangsung hingga tanggal 25 Mei 2022.
Menurut Yuli, banjir rob berpotensi terjadi di sebagian utara Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Kondisi hari ini, Selasa (24/5/2022), masih terdapat potensi hujan lebat di Jawa Tengah serta tinggi gelombang mencapai 1.25 meter–2.5 meter dan kecepatan angin 10–20 knot di pesisir utara Jawa Tengah," ujar Yuli saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (24/5/2022) siang.
Di sisi lain, Peneliti Astronomi Badan Riset da Inovasi Nasonal (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan, ada 3 faktor utama yang biasanya memengaruhi banjir rob.
Kondisi purnama terjadi pada 16 Mei 2022. Kondisi perigee bulan terjadi pada 17 Mei.
"Gabungan 2 fenomena tidak menimbulkan kondisi rob yang parah seperti di Semarang pada sekitar purnama lalu, sekitar 16 Mei 202," ujar Thomas kepada Kompas.com, Selasa (24/5/2022).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.