Batu itu terbakar dengan energi yang setara dengan sekitar 110 metrik ton TNT. Hujan puing-puingnya masuk ke kedalaman Samudra Pasifik.
Meteor biasa memasuki atmosfer Bumi, akan tetapi yang tidak biasa dari meteor ini adalah kecepatannya yang sangat tinggi, arahnya yang tidak biasa sehingga bertemu planet ini, serta asalnya dari ruang antarbintang.
Sensor pada satelit rahasia pemerintah AS yang dirancang untuk mendeteksi peluncuran rudal asing adalah satu-satunya saksi bola api tersebut.
Karena kerjasama dari Departemen Pertahanan AS dan NASA, akhirnya data yang menggambarkan peristiwa tersebut dibagikan ke database publik oleh Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS).
Peneliti Amir Siraj terlibat dalam penelitian tentang meteor ini pada April 2019. Saat itu penasihat akademisnya di Harvard, ahli astrofisika Avi Loeb, membawa katalog bola api CNEOS kepadanya.
Kemudian sekitar 8 bulan mereka mempelajari Oumuamua, objek yang diidentifikasi pada Oktober 2017 sebagai objek antarbintang (objek dari luar tata surya) pertama yang masuk ke tata surya.
Namun mereka kemudian mempertimbangkan kemungkinan adanya meteor lain yang lebih dulu datang ke Bumi, yaitu bola api Pulau Manus 2014.
Setelah mempelajari kecepatan meteor itu, disimpulkan bahwa bola api tersebut adalah yang pertama kali menghantam Bumi.
Baca juga: Edwin Hubble, Tokoh Astronomi yang Berjasa di Bidang Kosmologi
Sifat antarbintang objek 2014 itu membawa konsekuensi yang menarik. Menurut Siraj, ada kemungkinan lebih banyak meteor antarbintang yang dapat ditemukan.
Kecepatannya yang relatif tinggi menunjukkan bahwa meteor itu bisa saja dikeluarkan dari jauh di dalam sistem planet lain, yang relatif dekat dengan bintangnya.
Hal itu mengejutkan karena sebagian besar objek antarbintang justru berasal dari daerah circumstellar yang jauh di mana kecepatan lepasnya lebih rendah, yaitu awan komet yang ada di pinggiran banyak sistem bintang.
Penyelidikan lebih lanjut dari sifat yang diamati dari meteor 2014 dapat mengungkapkan wawasan baru tentang lingkungan antarbintang lokal.
Mengamati meteor antarbintang yang terbakar secara real time akan memungkinkan untuk mempelajari komposisinya, menghasilkan wawasan baru tentang kimia sistem planet lain.
Saat ini Siraj bekerja sama dengan Alan Stern, penyelidik utama misi New Horizons NASA, sedang mengembangkan konsep misi luar angkasa ke beberapa objek antarbintang di masa depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.