Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Hikmah Kebijaksanaan dari Batu, Jawa Timur, untuk Sri Lanka

Kompas.com - 15/04/2022, 09:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kelaparan adalah burung gagak

yang licik dan hitam

Jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

O Allah!
Burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
Selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin

Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan

WS Rendra begitu epik menggambarkan kelaparan sebagai wujud burung gagak dalam “Sajak Orang Lapar”. Burung-burung gagak beterbangan mencari mangsa untuk mengganjal perutnya yang lapar. Aum gagak begitu menyeringai, menjadi penanda kelaparan yang sangat.

Saya tidak bisa membayangkan derita kehidupan warga Sri Lanka yang susah mendapatkan makanan, berjuang mendapatkan bahan bakar, kurangnya pasokan listrik dan sulitnya mendapatkan pekerjaan. Obat-obatan juga jarang didapat di pasaran dan layanan rumah sakit menjadi lumpuh. Rakyat marah dan begitu frustasi.

Selama beberapa bulan, warga Sri Lanka telah mengalami antrean panjang untuk membeli bahan bakar, makanan, dan obat-obatan. Sebagian besar komoditi tersebut diimpor dan harus dibayar dengan mata uang keras.

Baca juga: Memahami Alasan Serius di Balik Bangkrutnya Sri Lanka

Pasokan yang pertama menghilang dari toko adalah susu bubuk dan gas untuk memasak. Kemudian diikuti oleh kekurangan bahan bakar yang mengganggu transportasi dan menyebabkan pemadaman listrik bergilir berlangsung beberapa jam sehari sejak Februari silam. Rakyat berontak karena menahan lapar.

Usai dihantam pagebluk selama dua tahun terakhir ini, kondisi kehidupan rakyat Sri Langka begitu terseok-seok. Sektor pariwisata yang menjadi andalan negeri di belahan selatan Asia tersebut juga terdampak.

Protes mahasiswa Sri Lanka memblokir jalan raya menuntut pemerintah mundur selama jam malam di Colombo, Sri Lanka, Minggu, 3 April 2022.AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA Protes mahasiswa Sri Lanka memblokir jalan raya menuntut pemerintah mundur selama jam malam di Colombo, Sri Lanka, Minggu, 3 April 2022.
Krisis Sri Lanka berawal di akhir Maret 2022 ketika ratusan pengujuk rasa menyatroni rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa dan menuntut presiden supaya “lengser keprabon madeg pandito” saja. Situasi kaos yang berlarut-larut menyebabkan pemerintah menerapkan darurat nasional.

Teranyar, Sri Lanka menyatakan “bangkrut” akibat gagal bayar utang luar negeri 51 milar dollar AS atau setara Rp 732 triliun pada Selasa (12/4/2022). Tingkat krisis terjadi ketika Sri Lanka tidak dapat membayar impor bahan pokok karena utangnya yang besar dan cadangan devisa yang terus berkurang. Cadangan devisa negara yang dapat digunakan hanya kurang dari 400 juta dollar AS.

Salah urus negara akibat salah “pilih” rakyat di pemilu menjadi terbukti di negara yang merdeka di tahun 1948 itu ketika sang Presiden bertautan dengan adiknya yang menjadi perdana menteri, Mahinda Rajapaksa. Sementara Menteri Olahraga Namal Rajapaksa adalah ponakan presiden sedangkan Menteri Keuangan Basil Rajapaksa dan Menteri Irigasi Chamal Rajapaksa juga bertalian darah dengan sang presiden.

Kabinet hasil koalisi menyatakan tidak sanggup mengatasi keadaan dan 26 menteri mengundurkan diri secara “masal” pada 3 April 2022. Seperti memanfaatkan momentum bulan Ramadhan, Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa meminta rakyatnya yang marah karena krisis ekeonomi yang parah untuk tetap sabar (Kompas.com, 14/04/2022).

Baca juga: China Disebut jadi Pemicu Krisis Ekonomi Sri Lanka, Benarkah?

Diaspora Sri Lanka yang berada di luar negeri, diminta pemerintah sudi kiranya mengirimkan uang ke negaranya agar bisa membantu 22 juta rakyat yang tengah berjuang antara hidup dan mati. Hanya saja para warga negara Sri Lanka yang tengah bekerja di luar Sri Lanka “ogah” mentransfer uang ke negara karena sudah tidak percaya lagi dengan kelakuan busuk politisi yang sudah membuat negara “awut-awutan” (Kompas.com, 14/04/2022).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com