Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Deltacron, Varian Corona Disebut Gabungan Delta dan Omicron

Kompas.com - 13/03/2022, 18:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

2. Bukan nama resmi

Terkait nama Deltacron, epidemiolog asal Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan bahwa 'Deltacron' belum menjadi nama resmi yang ditetapkan oleh WHO.

Dicky mengatakan, Deltacron dianggap sebagai varian baru karena varian Delta memiliki mutasi yang juga dimiliki oleh varian Omicron.

"Setelah saya lihat di data dan juga beberapa centre, (Deltacron) ini karena kontaminasi, jadi bukan varian. Karena ini sampel yang terkontaminasi antara Delta dengan Omicron, dan ini bukan kesalahan prosedur," paparnya.

Selain itu, Dicky juga menambahkan bahwa WHO akan memberi nama varian virus corona dengan huruf Yunani dalam urutan abjad, misalnya phi, ro, sigma, dan sebagainya.

Pemberian nama juga melalui pertimbangan yang matang dan tinjauan dari sistem penamaan potensial.

Pada Omicron misalnya, WHO memberikan nama varian baru itu dengan nama ilmiah B.1.1.529.

Baca juga: Apa Itu Subvarian Virus Corona Omicron BA.3, Gejala, dan Penularannya

3. Kembali ditemukan di Eropa dan Amerika

Kabar kemunculan varian Deltacron kembali beredar setelah ilmuan asal Institut Pasteur di Prancis mengidentifikasi temuan virus Corona varian terbaru yang dijuluki Deltacron, sebagaimana dilansir dari The Guardian, Jumat (11/3/2022).

“Gabungan varian ini muncul ketika lebih dari satu varian menginfeksi dan bereplikasi pada orang yang sama, dalam sel yang sama,” kata Prof Lawrence Young, ahli virologi di University of Warwick.

Deltacron adalah produk dari varian Delta dan Omicron yang beredar di populasi yang sama,” imbuhnya.

Kali ini, setidaknya 17 pasien di Amerika Serikat dan Eropa dikabarkan telah terpapar varian ini.

Baca juga: Siprus Temukan 25 Kasus Varian Deltacron, Gabungkan Varian Delta dan Omicron

4. Tingkat keparahan belum teridentifikasi

Hingga saat ini, tingkat keparahan varian deltacron belum teridentifikasi secara pasti.

Dikutip dari Reuters, Philippe Colson dari IHU Mediterranee Infection di Marseille, Prancis menyatakan bahwa identifikasi tingkat keparahan masih terlalu dini untuk dilakukan.

Hal itu lantaran sedikitnya kasus yang terkonfirmasi.

Selain itu, diberitakan dalam NBC Chicago, para ahli mengatakan juga mengatakan hal yang sama. Mereka mengungkapkan bahwa kekhawatiran terhadap varian deltacron masih terlalu dini.

"Ini hanya varian jika menghasilkan sejumlah besar kasus," kata William Hanage, ahli epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health.

"Jadi tidak, kalau tidak menimbulkan banyak kasus, masyarakat tidak perlu khawatir," imbuhnya.

Baca juga: Deltacron Bukan Varian Baru Virus Corona, Apa itu?

Selaras dengan pernyataan tersebut, Dr Jeffrey Barrett, yang sebelumnya memimpin inisiatif genomik Covid-19 di Wellcome Trust Sanger Institue juga mengatakan hal yang sama.

"Ini (Deltacron) telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di mana saja di dunia, dengan hanya beberapa lusin urutan di antara jutaan Omikron," kata Barrett, dikutip dari The Guardian, Jumat (11/3/2022).

“Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin akan terus dipantau,” imbuhnya.

Hingga saat ini, laporan WHO mencatat, tidak adanya perubahan dalam tingkat keparahan virus Corona yang terjadi di masyarakat.

Baca juga: Kata Epidemiolog soal Puncak Gelombang Omicron

5. Masih dalam penelitian

Diberitakan dari sumber yang sama, kepala ilmuan WHO, Soumya Swaminathan mengatakan bahwa varian tersebut masih dalam proses penelitian.

“Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SarsCoV2 yang beredar. Perlu menunggu eksperimen untuk mengetahui sifat-sifat virus ini,” tulisnya melalui akun twitter pribadinya.

Pengawasan terhadap rekombinan varian ini juga tetap dilakukan, terutama dalam penularannya dan kemampuannya melawan kekebalan vaksin yang sudah diberikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com