Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ishaq Zubaedi Raqib
Mantan Wartawan

Ketua LTN--Infokom dan Publikasi PBNU

Manhaj NU, Staqufiyah dan Nasionalisme Abad 21

Kompas.com - 08/03/2022, 12:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika gagal, maka harapan tentang masa depan yang lebih baik, akan musnah. Bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga bagi peradaban dunia. Perlahan, kepercayaan kepada konstruksi NKRI, akan hilang.

Jika kepercayaan ini menguap, maka orang akan mencari format baru. Yang paling dekat secara mental bagi umat Islam, adalah merujuk tata dunia lama; negara agama.

Hilangnya kepercayaan pada tata dunia baru berikut lembaga-lembaga penyangganya, seperti PBB, akan memicu kekacauan global yang hebat.

Kedua, menggalang kekuatan internasional menuju visi tata dunia baru yang substansinya dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945.

Tata dunia baru ini masih sangat muda, masih sangat rentan, belum sempurna, belum ada satu abad, baru seusia kemerdekaan RI.

Banyak hal belum selesai, seperti soal prinsip-prinsip batas laut. Klaim Tiongkok atas Laut China Selatan sebagai teritori tradisional mereka, adalah contohnya.

Ke dalam, bangsa Indonesia harus berkonsolidasi. Nasionalisme Indonesia tidak bisa diartikan sebagai hanya cinta Tanah Air, bangsa, negara sebagai teritori, masyarakat dan sistem politik semata.

Namun, harus dimaknai sebagai kesetiaan kepada visi para pendiri bangsa tentang masa depan peradaban dunia.

Kekuatan bangsa yang harus dikonsolidasi, pertama; kekuatan Islam. Status sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar dunia, adalah modal kiriman Tuhan untuk Indonesia.

Kekuatan kedua adalah kaum yang memiliki semangat nasionalisme. Kenapa ini dibedakan dari Islam?

Sebab, meski wacana ortodoksi merupakan ajaran pokok, tapi tidak berarti Islam tidak nasionalis.

Ketiga; mengonsolidasikan kekuatan TNI-Polri. Kenapa kekuatan TNI-Polri dianggap signifikan?

Karena dua alasan. Pertama; akar sejarahnya. Mereka lahir dari rakyat dan inti kekuatan rakyat.

Kedua; mereka merupakan elemen kinetik negara yang menguasai senjata dan wewenang menggunakan paksa fisik sebagaimana diatur negara.

Tugas TNI-Polri mengawal perjuangan komponen Islam dan nasionalis. TNI dan Polri juga wajib mengadopsi cita-cita para pendiri bangsa dalam Pembukaan UUD 1945.

Pada abad ke-21, semakin urgen perjuangan untuk memelihara, menyempurnakan, mengukuhkan pada dunia, serta mewujudkan visi tentang masa depan peradaban umat manusia.

Semua tragedi kemanusiaan yang terjadi besar-besaran, meletus pada abad ke-21. Fenomena pemerosotan tata dunia makin telanjang. Perjuangan untuk itu, jelas sangat mendesak dilakukan.

Bersambung, baca artikel selanjutnya: Manhaj NU, Staqufiyah, dan Memenangkan NKRI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com