Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ungkap Misteri Mumi Putri Duyung Berusia 300 Tahun di Jepang

Kompas.com - 06/03/2022, 17:15 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Pertanda dari putri duyung

Legenda tersebut disebut dengan 'Yao-Bikun', dan dilestarikan di dekat kuil tempat mumi putri duyung tersebut ditemukan.

"Saya mendengar bahwa beberapa orang percaya pada legenda, biasa memakan sisik mumi putri duyung," ujar Hiroshi.

Menurut cerita rakyat Jepang, putri duyung juga bisa menjadi sebuah pertanda buruk. Hal ini lalu dikaitkan dengan era Covid-19.

“Ada juga legenda bahwa putri duyung meramalkan penyakit menular,” kata Hiroshi.

Baca juga: Peti Mati dan Mumi Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Kuil Kuno Mesir

Sejarah mumi "putri duyung"

Sebuah surat bersejarah tertanggal 1903 yang tampaknya ditulis oleh pemilik sebelumnya disimpan di samping mumi tersebut.

Dalam surat tersebut tertulis seekor ikan duyung tertangkap dalam jaring penangkap ikan di laut lepas Prefektur Kochi.

Para nelayan yang menangkapnya tidak mengetahui jika itu adalah putri duyung, lalu membawanya ke Osaka dan menjualnya sebagai ikan biasa.

"Nenek moyang saya membelinya dan menyimpannya sebagai harta keluarga," tulis surat itu.

Namun, tidak jelas bagaimana atau kapan mumi tersebut datang ke kuil Enjuin di Asakuchi.

Kepala pendeta, Kozen Kuida, mengatakan bahwa patung itu dipajang dalam kotak kaca sekitar 40 tahun yang lalu dan sekarang disimpan di brankas tahan api.

Kozen menambahkan, dengan memuja patung tersebut dapat membantu meringankan pandemi Covid-19.

“Kami telah memujanya, berharap itu akan membantu meringankan pandemi virus corona meskipun hanya sedikit,” katanya kepada The Asahi Shimbun, sebuah surat kabar Jepang.

Baca juga: Mesir Temukan 100 Peti Mati Berisi Mumi yang Terkubur 2.500 Tahun Lalu

Putri duyung sejak periode Edo

Hiroshi meyakini bahwa mumi tersebut diproduksi di beberapa wilayah selama periode Edo (era sejarah Jepang yang membentang dari tahun 1603 hingga 1867).

"Tentu saja, menurutku itu bukan putri duyung sungguhan," katanya.

Menurutnya, putri duyung tersebut dibuat untuk diekspor ke Eropa dan China selama periode Edo, atau dijual di dalam negeri Jepang itu sendiri.

“Legenda putri duyung tetap ada di Eropa, Cina, dan Jepang di seluruh dunia. Oleh karena itu, saya dapat membayangkan bahwa orang-orang pada waktu itu juga sangat tertarik," ujar Hiroshi.

Putri duyung tersebut diduga terbuat dari hewan hidup, oleh sebab itu para peneliti ingin mengindentifikasi mumi tersebut dengan CT scan atau tes DNA.

“Itu terlihat seperti ikan dengan sisik di tubuh bagian bawah dan primata dengan tangan dan wajah di tubuh bagian atas," ungkapnya.

Baca juga: Sejarah Kutang di Indonesia: Dari Proyek Jalan Anyer-Panarukan hingga Kutang Suroso

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com