Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditolak Jokowi, Mengapa Wacana Perpanjangan Masa Jabatan Presiden Terus Bergulir?

Kompas.com - 28/02/2022, 08:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan, pembicaraan mengenai perpanjangan masa jabatan presiden kembali menguat.

Hal ini bermula ketika Ketua Umum (Ketum) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar berharap adanya penundan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Alasannya agar tidak mengganggu stabilitas ekonomi yang disebut ajkan membaik pada tahun tersebut.

Menurut dia, Pemilu 2024 sebaiknya ditunda selama dua tahun.

Pernyataan itu kemudian diperkuat oleh dua ketum partai lain, yaitu Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Pembicaraan ini tentu semakin memperkuat wacana perpanjangan masa jabatan presiden yang sebelumnya telah mengemuka.

Kendati demikian, Presiden Joko Widodo berkali-kali menolak wacana tersebut.

Baca juga: Ramai Wacana Pemilu Ditunda, Mengingat Lagi Saat Jokowi Tolak Presiden 3 Periode

Jokowi menegaskan, tidak setuju dengan usul masa jabatan presiden diperpanjang menjadi tiga periode.

Ia pun mencurigai ada pihak yang mengusulkan wacana tersebut, dengan sengaja untuk menjerumuskannya.

Meski sudah berkali-kali ditolak Jokowi, mengapa wacana perpanjangan masa jabatan presiden terus bergulir?

Tanggapan pengamat politik

Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Sastrio menilai, ada beberapa kemungkinan wacana itu terus muncul.

Menurutnya, sejumlah ketua umum partai tersebut mungkin sedang bercanda untuk menyenangkan Jokowi.

"Pertama lagi bercanda aja nih sejumlah ketua umum, bercanda nyenengin jokowi sama ngelawak rakyat, tapi udah tidak lucu lagi," kata Hendri kepada Kompas.com, Minggu (27/2/2022).

Baca juga: Pusako: Jokowi Harus Tegas Hentikan Isu Perpanjangan Masa Jabatan Presiden

Selain itu, Hendri menyebut sejumlah ketum partai tersebut juga merasa takut jika elektabilitasnya turun di 2024.

Kemungkinan terakhir adalah dugaan adanya orang yang menyuruh bergulirnya wacana tersebut.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com