Menurut dia, tanpa menjadi seorang pastor, ia tetap bisa membantu orang dan berbuat baik.
Lantas, apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi quarter life crisis? Simak penjelasan berikut.
Melansir wikihow, fase pertama dari quarter life crisis adalah perasaan terjebak oleh pilihan hidup.
Ada beberapa pilihan hidup yang mungkin tak sesuai dengan prinsip hidup kita.
Dengan mengakui bahwa diri merasa terjebak, dapat menjadi langkah pertama untuk mengatasi krisis yang terjadi.
Hal itu dirasakan juga oleh Inu saat menjadi seorang wartawan. Kala itu, ia merasa tak menyukai topik entertainment karena melelahkan.
Banyak acara yang perlu diliput saat larut malam. Meskipun ia berusaha mendistraksinya dengan menulis, pada akhirnya setahun kemudian Inu memutuskan hengkang dari Rileks.com dan memilih Kompas.
Pada fase kedua, terkadang diri sendiri mungkin dirasa perlu untuk meluangkan waktu sejenak dari segalanya.
Salah satunya dapat dilakukan dengan memutuskan keluar dari situasi saat ini, seperti melakukan liburan untuk beberapa hari.
Gunakan waktu ini untuk mengambil jeda dan mempertimbangkan kembali tujuan dan rencana hidup sebelum membuat keputusan besar.
Cobalah untuk tidak membuat keputusan tergesa-gesa. Misalnya, alih-alih berhenti dari pekerjaan, kita dapat menggunakan beberapa hari libur atau meminta agar jam kerja dikurangi.
Fase ketiga terjadi ketika kita mulai bisa mempertimbangkan untuk keluar dari pilihan atau perasaan yang menjebak diri.
Pada fase ini, kita bisa mulai memikirkan bagaimana cara untuk mengubah hidup ke arah yang lebih baik.
Setelah menyelesaikan tiga fase pertama dari krisis seperempat abad, kita dapat mulai mempertimbangkan untuk membuat komitmen dan tujuan baru.
Kita harus fokus pada pengembangan diri dalam menanggulangi krisis dengan mengambil langkah-langkah yang tepat.