Dapat dibayangkan betapa tidak nyaman perasaan seekor kucing ketika mengetahui bahwa manusia sedang berusaha memahami sifat dan perilaku seekor kucing yang jelas memiliki sifat dan perilaku beda dari manusia.
Apalagi sang manusia justru memaksakan diri untuk sok ilmiah bisa memahami sifat dan perilaku kucing.
Sementara dengan susah payah Albert Einstein menyadarkan manusia bahwa dalam ilmu fisika tidak semuanya bisa digebyah-uyah dapat dipastikan pasti begini atau begitu dengan teori relativitas yang sempat mengguncang semesta sains.
Justru manusia ingin memaksakan kepastian pada ilmu yang disebut sebagai psikologi, padahal unsur yang pasti di dalam psiko justru ketidak-pastian.
Pada hakikatnya tidak ada manusia termasuk yang kembar persis plek satu dengan lain apalagi lain-lainnya.
Setiap manusia unik sepanjang masa dari dahulu kala sampai kiamat nanti.
Serta merta dengan sendirinya juga tidak ada satwa termasuk kucing persis plek secara ragawi apalagi sukmawi satu dengan lain, apalagi lain-lainnya.
Maka adalah dumeh apabila seorang manusia menilai seekor kucing berperilaku “aneh” berdasar kaidah normatif manusia kemudian gegabah menghakimi sang kucing sebagai psikopat.
Justru layak dikhawatirkan jika ada seorang manusia tega menghakimi seekor kucing sebagai psikopat, sebenarnya sang manusianya sendiri yang psikopat.
Sebagai umat Nasrani, saya senantiasa berupaya mengingat wejangan kearifan adiluhur Jesus Kristus “Jangan Menghakimi”, bukan hanya terbatas terhadap sesama manusia, namun juga terhadap sesama makhluk hidup, yaitu satwa termasuk kucing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.