KOMPAS.com - Indonesia melaporkan tiga kasus Covid-19 dengan varian Omicron hingga hari ini, Sabtu (18/12/2021).
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Nadia dalam keterangan tertulis melalui laman resmi Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dua kasus terbaru ditemukan saat menjalani karantina selama 10 hari sepulangnya dari luar negeri.
Menurut dia, dua pasien tersebut merupakan hasil pemeriksaan sampel dari 5 kasus probable atau kemungkinan terpapar Varian Omicron yang baru kembali dari luar negeri.
Varian Omicron diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi daripada varian Covid-19 yang pernah ada.
Baca juga: Ahli Sudah Prediksi Omicron di Indonesia Sebelum Diumumkan, Ini Alasannya
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran The University of Hong Kong menemukan, varian Omicron mampu berkembang biak 70 kali lebih cepat dari varian Delta dan SARS-CoV-2 asli di bronkus manusia.
Temuan ini mungkin bisa menjelaskan mengapa Omicron dapat menularkan lebih cepat antar manusia daripada varian sebelumnya.
Namun, studi tersebut juga menemukan fakta bahwa varian Omicron bereplikasi kurang efisien (lebih dari 10 kali lebih rendah) di jaringan paru-paru manusia daripada virus SARS-CoV-2 asli.
Hal ini mengindikasikan adanya tingkat keparahan lebih rendah yang diakibatkan oleh Omicron.
Studi ini menggunakan model eksperimental dengan membandingkan infeksi SARS-CoV-2 asli dari 2020, varian Delta dan varian Omicron terbaru.
Baca juga: WHO: Omicron Mengancam Kelompok Rentan
Menanggapi studi itu, ahli patologi klinik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto menyebutkan, gejala keparahan yang diakibatkan Omicron sebenarnya relatif.
"Kalau saya, anggap saja lah bahwa sebenarnya apa pun variannya, Covid-19 itu ya sama saja bentuk-bentuk gejalanya. Variasi yang terjadi, lebih ke variasi individual pasiennya," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/12/2021).
Ia menilai, penelitian itu bisa dipahami secara kasus perorangan.
Jika terjadi infeksi dan virusnya bereplikasi dengan cepat di saluran pernapasan, maka jumlahnya sangat tinggi.
Meski replikasi Omicron lebih lambat di paru-paru, tetapi jumlah di saluran napas sangat tinggi, pada akhirnya tentu tetap berisiko besar.
Oleh karena itu, kunci menghadapi varian Omicron adalah mencegah semaksimal mungkin virus masuk ke dalam tubuh.
Baca juga: Rekomendasi Ahli, Masker Terbaik untuk Cegah Varian Omicron
"Kemudian perkuat imunitas tubuh kita, agar yang terpaksa bisa menerobos masuk, bisa kita hambat semaksimalnya," kata Tonang.
"Dalam skala masyarakat, bila jumlah kasus yang terinfeksi melonjak tinggi, berarti juga risiko bisa sampai melebihi kapasitas pelayanan kesehatan. Akibatnya tetap menjadi masalah besar," ujar dia.