Badan Geologi ESDM menyebutkan, aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi dikarenakan adanya endapan aliran lava dengan panjang aliran kurang lebi 2 km dari pusat erupsi.
Aliran lava ini belum stabil dan berpotensi longsor terutama di bagian ujung alirannya sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran.
Selain berpotensi munculnya awan panas, potensi terjadinya aliran lahar saat ini juga masih tinggi karena curah hujan cukup tinggi di Gunung Semeru.
Apalagi mengingat data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memperkirakan musim hujan akan berlangsung selama 3 bulan ke depan.
“Secondary explosion juga berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai apabila luncuran awan panas yang terjadi masuk/kontak dengan air sungai,” tulis pengumuman tersebut.
Baca juga: [POPULER TREN] Sudah Terdeteksi di Indonesia, Apa Gejala Omicron?
Adapun dengan adanya kenaikan level ini adapun sejumlah imbauan untuk wisatawan, masyarakat maupun pengunjung yakni:
Masyarakat diimbau tidak terpancing oleh berita yang tidak bertanggung jawab terkait aktivitas Gunung Semeru.
Serta diimbau mengikuti arahan instansi yang berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan K/L, Pemda, dan instansi terkait lainnya.
Informasi mengenai aktivitas Gunung Api Semeru terkini dapat diperoleh melalui:
Baca juga: Gunung Awu di Sulawesi Utara Naik Status Menjadi Waspada
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.