Menurut Wayang Purwa versi Nusantara, tampil seorang Kurawa bernama WIKARNA yang berbudi-pekerti luhur sebagai kesatria sejati, yaitu pemberani, jujur, tulus dan teguh dalam pendirian.
Wikarna mahir mempergunakan senjata panah. Ketika menyaksikan Dewi Drupadi diperlakukan tidak manusiawi oleh Dursasana, Wikarna satu-satunya Kurawa yang mengutuk perbuatan Dursasana.
Wikarna membongkar kecurangan yang dilakukan Sengkuni dan semua rencana jahat Kurawa yang akan mencelakakan keluarga Pandawa.
Sikap Wikarna ditentang oleh Karna yang menyebabkan permusuhan di antara mereka.
Pada saat berlangsungnya perang Bharatayuda, Wikarna memihak kepada Pandawa dan menentang tindakan Kurawa yang dianggapnya keliru.
Akhirnya Wikarna gugur dalam pertempuran melawan Adipati Karna.
Kandungan falsafah antagonis tidak jahat, baik Yuyutsu di Mahabharata mau pun Wikarna di Wayang Purwa, pada hakikatnya mirip dengan Ramayana versi India dan Rahwayana versi Sri Lanka.
Pada hakikatnya makna kebenaran sepenuhnya tergantung dari sisi mana dan oleh siapa kebenaran diterawang kemudian ditafsirkan.
Perbedaan saling bertolak belakang akibat kenisbian tafsir mustahil obyektif, pasti subjektif.
Pada hakikatnya secara naluriah dan nuraniah setiap insan manusia mendambakan kebenaran yang tidak menyengsarakan, namun menyejahterakan manusia.
Maka kemanusiaan menjadi penting, bahkan utama bagi peradaban yang adil dan beradab.
Kemanusiaan sebagai mahkota peradaban mendambakan bukan yang terburuk, namun yang terbaik. Bukan dalam kesendirian, namun kebersamaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.