Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Tanda Erupsi Semeru dan Ajakan Berselaras dengan Alam

Kompas.com - 07/12/2021, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan di akhir tahun 2021.

Desember sebagai pengujung tahun sudah kita jalani seminggu.

Hawa liburan sudah terasa di banyak tempat terutama di tempat yang menjanjikan banyak kegembiraan selama liburan seperti pusat-pusat perbelanjaan.

Pusat perbelanjaan adalah entitas bisnis paling antisipatif untuk semua potensi yang mendatangkan keuntungan.

Karena karakter untuk selalu mengejar keuntungan, pusat perbelanjaan adalah entitas bisnis paling toleran juga. 

Pusat perbelanjaan bisa menjadi apa saja. Menjelang Natal bisa menjadi sangat kristiani. Menjelang Lebaran bisa menjadi sangat islami. Menjelang Imlek bisa menjadi sangat tionghoa.

Antisipasi pusat-pusat perbelanjaan juga sangat baik. Sebulan sebelum hari perayaan, persiapan dan kemeriaahan penyambutan digelar berkali-kali.  

Kita semua diingatkan. Peringatan disampaikan tanpa lelah, dengan senyum terukur untuk tidak mengatakan seragam.

Mereka tidak ingin kita ketinggalan. Murah hati bukan?

Berkat jasa pusat-pusat perbelanjaan ini, liburan akhir tahun kemudian menjadi agenda masyarakat urban.

Ketika liburan ditangguhkan oleh pemerintah karena melihat masih tingginya ancaman kesehatan, masyarakat urban bereaksi tidak terima.

Hal yang wajar mendapati reaksi masyarakat urban macam ini. Hidup yang dibagi-bagi sangat ketat antara kerja dan liburan adalah alasannya.

Kerja sepanjang tahun demi liburan akhir tahun yang jauh-jauh disiapkan tiba-tiba dilarang. 

Bagaimana hidup seimbang (yang mereka idam-idamkan) bisa dijalankan? Bagitu keluhan masyarakat urban yang terancam hilang waktunya liburan.

Soal hilangnya waktu liburan bisa datang kapan saja sebenarnya, tidak hanya karena larangan pemerintah dengan pertimbangan ancaman kesehatan. 

Alam dengan tanda-tanda nyata sebelumnya bisa menjadi penyebabnya juga.

Foto udara kondisi permukiman warga yang tertimbun material guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). Akibat awan panas guguran Gunung Semeru tersebut puluhan rumah warga rusak dan ratusan warga mengungsi.ANTARA FOTO/ZABUR KARURU Foto udara kondisi permukiman warga yang tertimbun material guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). Akibat awan panas guguran Gunung Semeru tersebut puluhan rumah warga rusak dan ratusan warga mengungsi.
Sabtu (4/12/2021) pukul 15.20 kebanyakan dari kita dikejutkan dengan erupsi Gunung Semeru yang terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Semeru (3.676 meter) adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa yang tercatat dalam sejarah aktif dan meletus sejak tahun 1818 hingga 2021.

Baca juga: Bukan Hanya Gunung Semeru, Ini Daftar Gunung Berapi Aktif di Indonesia yang Berstatus Waspada dan Siaga

Jika sebagaian dari kita terkejut dengan runtuhnya kubah lava yang membawa awan panas guguran dan abu vulkanik dalam ukuran yang besar, tanda-tanda untuknya sebenarnya sudah nyata sebelumnya di mata para ahli.

Pakar Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Wahyudi MS menyebut, sebelum runtuhnya kubah lava, aktivitas kegempaan sangat sering terjadi.

Dalam 90 hari terakhir atau periode September-Desember 2021, terjadi 50-100 kali gempa per hari.

Baca juga: Ahli Ungkap Tanda-tanda Sebelum Gunung Semeru Erupsi, Gempa 50 hingga 100 Kali Sehari

Bagi para peneliti, aktivitas kegempaan yang sering terjadi dan terus meningkat ini menjadi tanda akan terjadinya erupsi besar.

Kira-kira setahun sebelumnya, Oktober 2020, kepulan asap putih setinggi 200-1.000 meter tampak dari puncak Semeru.

Pada 1 Desember 2020, awan panas turun dengan radius 2-11 kilometer ke arah tenggara, arah yang sama seperti awan panas yang turun Sabtu (4/12/2021) lalu.

Oleh para peneliti dan para ahli, Semeru sudah dinyatakan statusnya menjadi waspada atau ada di level 2 pada 2012 bersamaan dengan peningkatan aktivitasnya.

Meskipun tanda-tanda sudah cukup lama dikenali dan kewaspadaan atasnya sudah lama dinyatakan, kepastian kapan persisnya erupsi terjadi tidak bisa dikatakan.

Baca juga: Erupsi Gunung Semeru: Dari Data, Hikayat, sampai Peta Bencana

Karena itu, mendapati erupsi Semeru, terlebih dengan mendapati banyaknya pihak yang kehilangan, kita merasa seperti tidak ada peringatan.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Senin (6/12/2021), 22 orang meninggal dunia dan 27 orang dinyatakan hilang.

Gunung Semeru tampak cerah terlihat dari Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Selasa (7/12/2021)KOMPAS.COM/ANDI HARTIK Gunung Semeru tampak cerah terlihat dari Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Selasa (7/12/2021)
Dari 22 orang yang meninggal dunia, 14 orang berasal dari Kecamatan Pronojiwo dan 8 orang berasal dari Kecamatan Candipuro.

Baca juga: UPDATE: Korban Jiwa akibat Erupsi Semeru Kini 22 Orang, 27 Orang Hilang

Dua kecamatan ini tercatat paling parah terdampak erupsi Semeru karena awan panas guguran.

Delapan kecamatan lain terdampak abu vulkanik tebal yang kita saksikan lewat video viral dengan latar depan anak-anak berlarian.

Dari total warga yang terdampak 5.205 jiwa, 2.004 jiwa mengungsi di 19 titik yang disiapkan. Karena kesigapan semua pihak, untuk kebutuhan makanan, selimut, dan matras dipastikan cukup.

Selain catatan untuk mereka meninggal dunia, hilang, dan mengungsi, ada 2.970 rumah rusak, 38 fasilitas pendidikan tidak bisa difungsikan, dan satu jembatan hancur.

Mayoritas masyarakat yang hidup di dekat gunung berapi menyadari bahaya ini. Dalam banyak kesempatan, bahaya tidak dipisahkan dengan berkah yang bisa melingkupi.

Berbeda dengan masyarakat urban yang memisah-misahkan hidup, warga perdesaan di sekitar gunung berapi biasa hidup berselaras karena kehendak alam memang demikian.

Baca juga: Erupsi Gunung Semeru Ada 65 Periode sejak 1818, Yang Terkini dari 2014

Karena itu, apakah erupsi Semeru ini untung apa rugi, berkah atau kutukan, warga perdesaan tidak bisa langsung menyatakan atau membuat penilaian.

Alam dengan logikanya yang kerap tak ternalar sedang berkehendak demikian. Kehendaknya dinyatakan dengan banyak tanda.

Berselaras dengan alam adalah jalan kebijaksanaan seperti dihayati banyak warga di sekitar gunung berapi.

Salam selaras,
Wisnu Nugroho.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com