Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Erupsi Gunung Semeru Ada 65 Periode sejak 1818, Yang Terkini dari 2014

Kompas.com - 05/12/2021, 14:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Erupsi apalagi letusan gunung berapi, termasuk yang terjadi di Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021), adalah peristiwa yang tak pernah bisa dipastikan waktu terjadinya.

Yang bisa dibaca dan dikenali adalah rangkaian pertandanya dengan pencatatan data dari waktu ke waktu pula.

Bersamaan, pengetahuan dan pemahaman publik atas pertanda dan langkah yang harus ditempuh atas setiap tanda itu yang mutlak dibangun dan dijaga.

==

ERUPSI Gunung Semeru mulai tercatat pada 1818. Sejak itu, ratusan erupsi terdata. Namun, tidak setiap erupsi adalah peristiwa satu kali dan tunggal, yang meletus lalu berhenti.

Erupsi yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021), misalnya, tercatat di pemantauan global sebagai bagian dari rangkaian erupsi sejak 1 April 2014. 

Smithsonian Institution National Museum of Natural History Global Volcanism Program mencatat ada 65 periode erupsi Gunung Semeru sejak 1818. 

Erupsi pada Sabtu (4/12/2021) yang masuk dalam periode letusan sejak 1 April 2014 tercatat dalam Volcanic Explosivity Index (VEI) 3 dalam skala 0-8. Setidaknya, pengkategorisasian VEI 3 itu merujuk kondisi Gunung Semeru hingga 14 Oktober 2021 dan masih berstatus berlanjut.

VEI adalah ukuran relatif kekuatan letusan gunung berapi. Indeks ini dirancang Chris Newhall dari United States Geological Survey (USGS) dan Stephen Self dari Universitas Hawaii pada 1982. 

Dalam skala 0-8, indeks ini menakar kekuatan daya ledak dan volume material yang dilontarkan dalam erupsi. Setiap kenaikan level memperlihatkan kekuatan dan atau volume material bertambah 10 kali lipat dibanding level di bawahnya.

VEI 3 yang masih tersemat untuk periode erupsi Gunung Semeru pada saat ini setara antara lain dengan erupsi Gunung Merapi periode 11 Mei 2018-21 Juni 2020.

Buat catatan, Gunung Merapi—yang adalah salah satu gunung api teraktif di dunia—sekarang berada di proyeksi maksimal VEI 1, yaitu untuk periode erupsi yang dimulai pada 31 Desember 2020 dan masih berlanjut sampai kini. 

Baca juga: Belajar Hidup Berdampingan dengan Bencana dari Warga Lereng Merapi

Untuk penggambaran kekuatan letusan yang lebih besar, masuk kategori VEI 4, salah satunya adalah erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara pada periode 15 September 2013-30 Agustus 2018. 

Yang mungkin terbayang lebih dekat di ingatan, kekuatan letusan VEI 4 adalah situasi dari erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010. Ini merupakan letusan terbesar Gunung Merapi dalam seratus tahun terakhir. 

Merujuk data yang sama, VEI 3 untuk Gunung Semeru tercatat juga untuk periode erupsi pada 31 Agustus 1967-15 Maret 2009 dan periode 8 November-Desember 1911.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Oh Begitu
Mengapa Ikan Bau Amis?

Mengapa Ikan Bau Amis?

Oh Begitu
Minyak Kelapa Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Alasannya

Minyak Kelapa Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Alasannya

Kita
Mengapa Wajah Memerah Saat Malu?

Mengapa Wajah Memerah Saat Malu?

Oh Begitu
Siapakah Koboi Pertama Amerika?

Siapakah Koboi Pertama Amerika?

Oh Begitu
Ada Apa Sebelum Big Bang?

Ada Apa Sebelum Big Bang?

Oh Begitu
Mengapa Bayi Menangis Sesaat Setelah Lahir?

Mengapa Bayi Menangis Sesaat Setelah Lahir?

Prof Cilik
Apakah Efek Menahan Kentut?

Apakah Efek Menahan Kentut?

Oh Begitu
Mengapa Pembuluh Darah Terkadang Sulit Ditemukan?

Mengapa Pembuluh Darah Terkadang Sulit Ditemukan?

Oh Begitu
7 Makanan Tinggi Vitamin E yang Sangat Menyehatkan

7 Makanan Tinggi Vitamin E yang Sangat Menyehatkan

Oh Begitu
Apa Itu Bintik Merah Besar di Planet Jupiter?

Apa Itu Bintik Merah Besar di Planet Jupiter?

Fenomena
Benarkah Bahan Bakar Fosil Berasal dari Dinosaurus?

Benarkah Bahan Bakar Fosil Berasal dari Dinosaurus?

Oh Begitu
Peneliti Jelaskan Kasus Misterius Orca yang Telan 7 Ekor Berang-berang Laut

Peneliti Jelaskan Kasus Misterius Orca yang Telan 7 Ekor Berang-berang Laut

Oh Begitu
Apa Saja Penyebab Wajah Bengkak di Pagi Hari?

Apa Saja Penyebab Wajah Bengkak di Pagi Hari?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com