Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Sebut Jutaan Anak di Afghanistan Terancam Kelaparan dan Kekurangan Gizi

Kompas.com - 13/11/2021, 12:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Namun, ia menggambarkan betapa mirisnya bangsal penuh dengan anak-anak kecil, termasuk bayi berusia 7 bulan yang ukurannya lebih kecil dari bayi baru lahir.

Dikutip dari UNICEF, Selasa (5/10/2021), Perwakilan UNICEF di Afghanistan, Hervé Ludovic De Lys, dan Perwakilan dan Direktur Negara WFP Afghanistan, Mary-Ellen McGroarty berbicara dengan Jahan Bibi, seorang ibu yang bayinya dirawat karena kekurangan gizi akut di rumah sakit Regional Herat.

Jahan mengatakan, ia membawa putrinya ke umah sakit karena dia tidak bisa lagi menyusui bayinya.

“Kami tidak punya makanan di rumah. Kami menjual segalanya untuk membeli makanan. Namun, saya hampir tidak makan apa-apa. Saya lemah dan saya tidak punya ASI untuk anak saya,” ujar Jahan.

Suhu dingin

Kekhawatiran dari krisis kelaparan adalah suhu dingin yang bakal melanda wilayah Afghanistan pada Desember 2021.

Harris mengatakan, suhu malam hari turun di bawah nol derajat celsius. Jika suhu lebih dingin, maka diperkirakan orang tua dan muda lebih rentan terkena penyakit lain.

Dengan musim dingin yang semakin dekat, saat ini kita berpacu dengan waktu untuk membantu keluarga Afghanistan yang juga kekurangan akses ke air bersih dan layanan kesehatan dan nutrisi.

“Karena semakin banyak keluarga yang berjuang untuk menyediakan makanan, kesehatan gizi ibu dan anak-anak mereka semakin buruk dari hari ke hari,” ujar De Lys.

“Anak-anak semakin sakit dan keluarga mereka semakin tidak bisa mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Wabah campak dan diare akut yang menyebar dengan cepat hanya akan memperburuk situasi,” lanjut dia.

Menurut survei WFP, 95 persen rumah tangga di Afghanistan tidak mengonsumsi cukup makanan. Orang dewasa makan lebih sedikit dan melewatkan makan sehingga anak-anak mereka bisa makan lebih banyak.

“Kami memiliki kekhawatiran besar tentang pilihan putus asa yang terpaksa diambil oleh keluarga,” ujar McGroarty.

Menurut dia, komunitas internasional harus mengeluarkan dana yang mereka janjikan beberapa minggu lalu, atau dampaknya tidak dapat diubah.

McGroarty dan De Lys juga mengunjungi pusat distribusi makanan di kota Herat, di mana mereka bertemu dengan keluarga yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan di tengah kekeringan dan kurangnya pekerjaan.

Mereka juga mengunjungi sebuah pemukiman untuk keluarga pengungsi internal di mana tim kesehatan dan nutrisi bergerak menyediakan layanan penyelamatan jiwa bagi perempuan dan anak-anak, didukung oleh UNICEF dan WFP.

Kedua badan PBB itu menambah 100 tim kesehatan untuk membantu anak-anak dan ibu di daerah yang sulit dijangkau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com