Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat "Joker" Tikam Belasan Penumpang dan Bakar Gerbong Kereta di Tokyo

Kompas.com - 01/11/2021, 11:15 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Proses evakuasi

Insiden itu membuat puluhan petugas pemadam kebakaran dan polisi terlihat bekerja di luar stasiun.

Kereta ekspres terbatas berhenti darurat di Stasiun Kokuryo di Chofu, Tokyo barat, dan api dapat dipadamkan sekitar 30 menit kemudian setelah lebih dari 40 kendaraan pemadam kebakaran dikerahkan.

Hattori ditangkap tanpa melakukan perlawanan.

Dikutip dari hasil penyelidikan, Hattori mengaku memang niat membunuh orang dan ingin diberi hukuman mati. Dia bahkan berharap bisa membunuh dua atau lebih banyak orang. Dia juga mengakui menyebarkan cairan untuk membakar gerbong.

Baca juga: Mengenang Film Titanic yang Tayang Perdana 1 November 1997

Insiden penikaman di Jepang

Menurut polisi, perilaku Hattori ini merujuk sebuah insiden pada bulan Agustus 2021 di kereta komuter Odakyu Electric Railway di Tokyo, di mana seorang pria menikam 10 penumpang di tengah peningkatan keamanan Olimpiade Tokyo.

Jepang memiliki undang-undang senjata yang ketat, tetapi terkadang ada kejahatan kekerasan yang melibatkan senjata lain. Kejahatan kekerasan jarang terjadi di Jepang, tetapi pada bulan Agustus tersebut sembilan orang terluka, satu orang mengalami luka serius.

Dalam serangan terpisah pada 15 Oktober 2021, dua pria ditikam di Stasiun JR Ueno, dan dua orang terluka di stasiun kereta bawah tanah Tokyo pada akhir Agustus 2021 setelah seorang pria menyemprotkan asam sulfat ke wajah pria lain.

Sejumlah serangan di dalam kereta api dan stasiun juga terjadi di daerah Tokyo beberapa tahun belakangan.

Pada 2019, seorang pria membunuh dua orang, termasuk seorang siswi, dan melukai lebih dari selusin orang. Dalam serangannya, dia menargetkan anak-anak saat mereka sedang menunggu bus.

Lalu pada 2018, seorang pria di Jepang juga ditangkap setelah menikam satu orang hingga tewas dan melukai dua lainnya di kereta.

Kejadian serupa juga terjadi pada 2016, di mana seorang mantan karyawan di panti penyandang disabilitas menewaskan 19 orang dan melukai lebih dari 20 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com