Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Diskursus Masuk Surga atau Neraka

Kompas.com - 30/10/2021, 09:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA seorang umat jelata Nasrani bersahabat dengan seorang pendeta yang memiliki keimanan Nasrani sempurna Alkitabiah.

Kami berdua kerap berdebat tentang agama secara leluasa sebab kebetulan seagama. Agar terkesan lebih keren maka kami sebut debat kami berdua sebagai diskursus.

Setelah berduka atas wafatnya Gus Dur, saya bertanya kepada sahabat saya yang pendeta Nasrani mengenai apakah arwah Gus Dur masuk surga.

Setelah terdiam beberapa saat, dengan berat hati sahabat saya menegaskan bahwa meski Gus Dur orang baik namun arwah beliau tidak bisa masuk surga.

Tentu saja saya merasa kecewa sebab saya sangat ingin Gus Dur masuk surga. Maka saya lanjut bertanya kenapa sahabat saya tega untuk merasa yakin bahwa Gus Dur tidak bisa masuk surga padahal jelas Gus Dur orang baik sebab terbukti gigih berjuang merukunkan para umat beragama mau pun menghapus diskriminasi ras di persada Nusantara.

Sambil tersenyum ramah sahabat saya yang pendeta Nasrani menegaskan, secara religius telah tersurat secara hitam di atas putih di dalam Alkitab bahwa hanya terbatas mereka yang percaya kepada Yesus Kristus yang boleh masuk surga.

Maka dengan perasaan makin kecewa saya mengambil kesimpulan bahwa jika arwah Gus Dur tidak bisa masuk surga berarti secara logika dapat disimpulkan bahwa arwah Gus Dur terpaksa masuk neraka.

Sambil masih tersenyum ramah sahabat saya yang pendeta Nasrani itu tidak menjawab demi tidak meladeni kesimpulan saya yang rada-rada bernuansa reductio ad absurdum.

Sambil tidak tersenyum ramah saya nyeletuk, “Kalau begitu saya memilih masuk neraka saja!”

Sahabat saya terkejut maka bertanya, “Loh kenapa kamu malah pilih masuk neraka?”

langsung saya jawab, “Lebih baik saya masuk neraka agar arwah saya bisa bersama Gus Dur yang menyenangkan sehingga neraka terasa surga.”

Sahabat saya makin heran maka bertanya, “ Lalu kenapa kamu tidak mau masuk surga?”.

Dengan ketus saya menjawab, “Arwahku enggak mau kumpul sama arwahmu yang menjengkelkan sehingga surga terasa neraka!”

Sejak perdebatan masuk surga atau neraka itu persahabatan saya dengan sahabat saya yang pendeta itu menjadi tidak terlalu akrab.

Naga-naganya teman saya merasa tersinggung akibat saya lebih memilih masuk neraka agar arwah saya bisa bergabung dengan arwah Gus Dur ketimbang bersama arwah teman saya itu masuk surga.

Secara alasanologis sepenuhnya saya dapat memahami alasan teman saya tidak suka saya. Meski berdebat sangat sengit soal masuk surga atau neraka sebenarnya saya dan sahabat saya sama-sama masih belum menjadi arwah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com